Industri Kreatif Butuh Sinergi Pemerintah-Akademisi-Bisnis
- ratna tia
- Dec 21, 2017
- 5 min read
Hasil karya industri kreatif lampu boneka daur ulang | tas spunbond murah meriah

"Mahasiswa kami dididik untuk berbeda dengan cara di perguruan tinggi negeri. Saat ini beberapa mahasiswa saya sudah memiliki gaji senilai Rp 11 juta - Rp110 juta per bulan," imbuh Suyanto.
Mahasiswa tersebut diberi pelatihan super unggul. Mereka mengeksplorasi keunggulan dan kelemahan mahasiswa dan cara mengatasinya. Hal itu dinilai mampu mengubah mainset mahasiswa.
Suyanto akhirnya berusaha bekerja sama dengan Walt Disney Hollywood. Hingga kini Walt Disney masih menggarap dua film dari Amikom yakni Fire and Ice dan Battle of Surabaya.
Pihaknya mulai bergelut dengan dunia animasi sejak 2000-an. Dia sempat membuat belasan program animasi untuk ditawarkan kepada televisi lokal di Indonesia. Namun, tak satu pun tertarik dengan alasan rating.
Hal itu dilakukan melalui sejumlah program studi yang ditawarkan di bidang periklanan, bisnis, animasi, informasi, komunikasi dan lainnya. "Saat ini peluang yang paling besar di bidang entertainment pada industri film yang luar biasa," jelas Suyanto.
Salah satu perguruan tinggi yang terlibat dalam pengembangan industri kreatif yakni STIMIK AMIKOM Yogyakarta. Menurut Ketua STIMIK AMIKOM, M Suyanto, tujuan utama kampusnya bukan akreditasi melainkan mencetak lulusan menjadi enterpreneur.
"Kemudian membangun produk dengan vitur yang paling sederhana. Kemudian ditawarkan ada enggak yang mau beli bisnis validasi, baru dilakukan penjualan," terangnya.
"Telkom membantu industri startup, harus menghasilkan sebuah comersial value, sehingga bisa dinikmati orang lain," tambah Saiful.
Kegiatan-kegiatan di creative care tersebut antara lain comunity gathering, pembelajaran teknis dan kewirausahaan, capability sharing, dan networking. Para start up bakal menyiapkan ide-ide kreatif kemudian memilih dan mengecek langsung kebenaran permasalahan di masyarakat.
Syaiful menyampaikan PT Telkom berperan dalam membangun creatif camp, creative center dan creative capital sebagai tempat mengembangkan insan kreatif.
Sejak 2009 PT Telkom melakukan kompetisi penjaringan untuk start up baru. Hingga 2014 PT Telkom telah membangun 20 lokasi creative care di seluruh Indonesia.
Menurutnya, akademisi berperan dalam melakukan penelitian dan menghasilkan lulusan yang profesional. "Pemerintah dan komunitas memfasilitasi pengembangan industri kreatif, kemudian outputnya dimanfaatkan oleh industri," jelas Saiful saat mengisi Edutalk yang digelar Harian Republika di Pendopo Kemang, Rabu (17/6).
Industri kreatif yang dikembangkan PT Telkom meliputi game, animasi, media sosial, tourism, kesehatan, transportasi, messaging, pendidikan, dan service application.
Pengembangan industri kreatif harus didukung sinergi dari pemerintah, akademisi, komunitas dan bisnis. Sinergi akan menghasilkan konten yang unik dan berdaya saing.
Vice President Innovation Strategy and Sinergy PT Telkom, Saiful Hidajat, mengatakan Indonesia menjadi pasar industri kreatif sangat besar dengan belanja pendudukan 2-50 dolar per hari. Oleh sebab itu diperlukan sinergi dari berbagai pihak untuk menghasilkan konten unik dan berdaya saing.
Pemerintah perlu contek cara Taiwan kembangkan UKM | tas spunbond murah meriah
"Rekomendasi kami, APEC bisa memiliki pusat akselerasi di 21 negara, gunanya mendorong akses pembiayaan dan membuat regulasi yang dapat mengatur khususnya akses lembaga keuangan lebih mudah," kata pengusaha dari Grup Bosowa ini.
Mumpung Indonesia menjadi tuan rumah APEC, Erwin berharap, setiap pemimpin dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi bisa memastikan komitmen membuat pusat akselerasi UKM di masing-masing negara. Minimal, ada kesepakatan untuk menyediakan kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang variatif, tidak hanya untuk permulaan usaha, tapi sampai menjamin ekspor.
"Di sana transaksi UKM sudah mencapai USD 200 miliar, menggunakan format all in one commerce marketing," kata Erwin.
Di Taiwan, format penggabungan teknologi dan pembiayaan bank itu berhasil menggenjot produktivitas UKM masing-masing negara. Orang yang baru memulai usaha bisa fokus mengembangkan kualitas produk atau layanan jasa mereka, tanpa harus pusing memasarkan atau mencari pinjaman buat meningkatkan kapasitas usaha.
"Kiblat kita di Taipei diluncurkan akselerator center pusat percepatan pengusaha pemula. Di sana itu, ada platform teknologi dan pemasaran, sampai kredit, yang disebut all in one commerce marketing," ujarnya di sela-sela Pertemuan Kelompok Kerja UKM dan Kewirausahaan ABAC, sebagai rangkaian KTT APEC, di Jimbaran, Bali, Sabtu (5/10).
Perwakilan ABAC Erwin Aksa mengatakan, di Taipei yang tak lain adalah Ibu Kota Taiwan, ada pusat percepatan pengusaha pemula. Lewat lembaga itu, setiap orang yang ingin menjadi UKM diperkenalkan pada teknologi, memanfaatkan Internet untuk pemasaran, hingga paket akses mencari kredit perbankan.
Taiwan punya cerita sukses dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), khususnya di kalangan anak muda. Karenanya, dalam pertemuan APEC Business Advisory Council (ABAC) bersama pengusaha se-Asia Pasifik, kalangan dunia usaha nasional akan mengusulkan agar pemerintah bisa menduplikasi langkah-langkah Taiwan.
Vania Santoso libatkan masyarakat marjinal, menyulap sampah menjadi uang | tas spunbond murah meriah
Produk heySTARTIC dipasarkan melalui butik-butik lokal di Surabaya dan beberapa kota lainnya di Indonesia.
Untuk memperluas pasar, heySTARTIC sedang dalam proses pembuatan situs belanja online.
Berikut barang-barang yang kamu bisa dapatkan, harganya berkisar antara 50 ribu rupiah hingga 600 ribu rupiah, mulai dari dompet hingga tas dan sepatu.
Produk heySTARTIC dipasarkan melalui butik-butik lokal di Surabaya dan beberapa kota lainnya di Indonesia.
Untuk memperluas pasar, heySTARTIC sedang dalam proses pembuatan situs belanja online.
Berikut barang-barang yang kamu bisa dapatkan, harganya berkisar antara 50 ribu rupiah hingga 600 ribu rupiah, mulai dari dompet hingga tas dan sepatu.
Dari segi sosial, heySTARTIC memberdayakan masyarakat dari kelompok marjinal sebagai pekerjanya.
“Kita memperkerjakan warga-warga yang di pinggiran, yang sebelumnya hanya mendapatkan pemasukan sebesar 200-300 ribu rupiah per bulan,” katanya.
Pada awalnya, Vania mengaku kesulitan membangun bisnis berbasis sosial ini. Sebab, saat berkuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, bisnis yang diajarkan hanya untuk mengejar keuntungan.
Namun seiring berjalannya waktu, ditambah dengan pengalaman berharga selama mengikuti kompetisi YSE, Vania mulai dapat mengembangkan bisnisnya menjadi lebih besar.
“Awalnya dari 2005 aku sudah aktif sama kakak aku bikin klub lingkungan AV Peduli, di situ lebih ke social project untuk edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang isu lingkungan,” tutur Vania.
Pada awalnya ia mencoba mendaur ulang sampah-sampah tersebut menjadi pernak pernik seperti sabuk, kemudian berkembang menjadi dompet dan tas.
Vania menjadi salah satu pemenang dalam YSE berkat heySTARTIC, sebuah sociopreneur yang fokus mendaur ulang sampah menjadi barang fashion.
Sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, Vania bersama kakaknya telah aktif dalam proyek sosial peduli sampah. Akan tetapi, masih sebatas pendidikan pada masyarakat.
“Jadi setiap bulan kita ada progress report. Meskipun kita berjauhan kita saling mengingatkan lewat WhatsApp,” lanjut Vania.
Bersama rombongan peserta YSE, Vania sempat mengunjungi komunitas sociopreneur di India dan Malaysia. Menurutnya, kesempatan ini sangat jarang didapatkan dari kompetisi bisnis lainnya.
Karena waktunya delapan bulan. Jadi kami benar-benar merasakan kekeluargaan,” tutur Vania.
Menurut perempuan berusia 22 tahun, YSE memberikan wadah bagi para sociopreneur untuk saling bertukar pikiran dan memberi masukan. Suasana kompetisi menjadi tidak terlalu mendominasi karena setiap peserta justru saling membantu.
Kamu cuma tinggal daftar online di website. Ada formulir yang harus diisi, tapi bentuk business plan-nya dibebaskan,” kata Vania menjelaskan proses awal pendaftaran kompetisi YSE.
Sebelumnya Vania telah mengikuti beberapa kompetisi enterpreneurship, namun pengalaman berkompetisi YSE sangat berbeda untuknya.
Sebelum bicara mengenai usaha heySTARTIC-nya, Vania lebih dulu cerita tentang pengalaman mengikuti kompetisi Young Social Enterpreneurship (YSE). Kegiatan ini berlangsung delapan bulan, bersama dengan delegasi Indonesia lainnya dan peserta dari pelbagai belahan dunia.
YSE diselenggarakan Singapore International Foundation (SIF) tiap tahun. Khusus tahun ini, empat delegasi dari Indonesia terpilih sebagai pemenang dan mendapatkan sejumlah uang sebagai modal untuk menjalankan bisnis yang telah mereka rintis.
Comments