top of page

Kelola Sampah Jadi Bernilai Ekonomis

  • Writer: ratna tia
    ratna tia
  • Dec 6, 2017
  • 4 min read

Pengelolaan sampah rumah tangga menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis | souvenir tas


Sekda Pemko Tanjungpinang, Riono menyambut baik program yang diluncurkan Kementerian PUPR. Permasalahan sampah di Tanjungpiang ada di wilayah pesisir pantai atau warga yang bermukim di sekitar pelantar.”Mungkin yang harus dirubah adalah mindset atau pola pikirnya di daerah pesisir. Karena selama ini warga yang tinggal di pelantar menjadikan laut sebagai tempat sampah. Alhasil, puluhan ton sampah memenuhi pesisir pantai,” ungkapnya.


Tetapi sebaliknya lanjut Rina, jika dikelola dengan baik maka akan menghasilkan nilai ekonomis yang luar biasa. Hingga saat ini pengolahan sampah di TPS3R ini mampu memproduksi pupuk kompos sebanyak 50 bungkus setiap hari. “Bayangkan, dari sampah bisa menghasilkan 50 bungkus sehari dikali Rp 50 ribu perbungkus. Ini menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomis,” ujar Rina.


Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya, Rina Agustin mengatakan gerakan peduli sampah ini difokuskan di wilayah perkotaan, karena lebih dari 52 persen penduduk ada di perkotaan.”Dalam sehari, setiap orang menghasilkan sekitar dua liter sampah. Dapat dibayangkan jika ini (sampah) tidak dikelola dengan baik. Akan menimbulkan bencana seperti banjir,” terangnya.


Tidak hanya mengenalkan pengolahan sampah menjadi sesuatu yang berguna seperti pupuk dan lainnya, melalui kegiatan ini juga PSPLP Kepri juga melakukan penanaman pohon di wilayah Dompak.”Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat agar peduli terkait sampah. Karena dengan sampah bisa mendapatkan berkah, juga bisa menimbulkan bencana,” ungkapnya.


Kegiatan tersebut kata Fery, merupakan gerakan peduli mitigasi bencana dalam melindungi dan optimalisasi fungsi situ, danau, waduk, embung, dan sumber air permukiman lainnya.


Kepala Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Kepri, Fery Erawan menjelaskan, pihaknya telah menyediakan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Reduce (mengurangi, Reuse (menggunakan), Recycle daur ulang) (TPS 3R) di Tanjungunggat. “Reduce itu artinya upaya mengurangi timbunan sampah. Reuse, memanfaatkan kembali bahan atau barang agar tidak menjadi sampah. Dan Recycle adalah menggunakan kembali bahan setelah melalui proses pengolahan,” jelasnya.


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PPLP) mengkampanyekan pengelolaan sampah rumah tangga menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.

Dari Sampah Jadi Berkah | souvenir tas




Ketua BSB Bu Ruh berujar hadirnya BSB juga dapat mendongkrak tabungan warga yang sebelumnya jarang terisi. Bu Ruh juga tak menutup diri bila ada pihak yang ingin bekerja sama guna mewujudkan lingkungan yang bersih dan asri.


“Mari kita jaga kebersihan dimulai dari kesadaran diri sendiri, mengajak keluarga dan juga lingkungan sekitar. Bank sampah oleh masyarakat dan untuk masyarakat,” tukasnya.


Menurut Upi berdirinya BSB tak terlepas dari keresahan masyarakat Jampang terhadap banyaknya sampah yang tidak tertangani dengan baik dan kerap membuat lingkungan kotor. Bersama Ulfah Hasibuan, Habib Alwi Jamulalil dan Abdur Rahman, akhirnya Upi berhasil menelurkan sistem pengolahan sampah ala BSB.


Kendati orientasinya untuk mengumpulkan lembaran rupiah namun dalam perjalannya BSB berhasil mengubah perilaku masyarakat Jampang untuk tidak membuang sampah sembarangan.


“Ini tidak mudah, banyak sekali tantangan yang kami temui pada awal-awal berdirinya BSB,” ujar Upi di sela-sela acara Family Gathering Keluarga Bank Sampah Berkah, Parung.


Ada pun kegiatan rutin yang dilakukan berupa pengumpulan, penimbangan, pencatatan dan pengangkutan samah. Seiring berjalannya waktu setiap pekan anggota BSB terus bertambah, begitu pula dengan penghasilannya. Kini tabungan masing-masing anggota BSB sudah di angka Rp 2 juta.


Founder BSB Upi Rahmawati menuturkan sejak berdiri pada Agustus lalu, BSB berfokus pada pengolahan sampah yang dapat dijual kembali. Setelah berjalan 4 bulan kini anggota BSB sudah berjumlah 20-an ibu-ibu yang tersebar di RW 03 Jampang, Parung,


Tumpukan sampah yang tadinya berakhir di TPA kini berubah menjadi uang. Itu lah dia fungsi Bank Sampah Berkah (BSB) salah satu project sosial yang di inisiasi Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa (SGI).

Kreasi Barang Bekas untuk Percantik Rumah | souvenir tas



Dengan menggunakan konsep reuse dan olahan material pendamping, onggokan sampah tidak melulu dibuang. Di tangan Gifran, Rilies, Kristian, dan Ivan, tumpukan material menjadi beragam karya.


Jutaan orang di Indonesia berlangganan koran setiap hari. Limbah koran mengandung serat selulosa yang dapat dimanfaatkan. Kita bisa mengembalikan kepadatan serat selulosa dengan teknik tertentu, sehingga menghasilkan produk yang kekuatannya sama dengan kayu," tutur Kristian.


Selain Ivan dan Gifran, perancang lain menjadikan material lunak sebagai media kreatif. Ada yang menyebut material pendamping. Kristian Oentoro, dosen dan peneliti dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), memanfaatkan bahan kertas koran untuk membuat furnitur yang disebut newsfun (Newspaper Furniture ).


Fenomena daur ulang memang sedang mewabah. "R euse, green design , semua adalah gejala dalam dunia desain," kata Adi Wibowo, arsitek Adi Wibowo Design . Disebut gejala karena belum ada standar baku rumusan daur ulang. "Tren ramah lingkungan ini bisa dimanfaatkan sebagai ajang pembelajaran," tutur Adi. "Masyarakat sedang giat merespon alam sekitar. Momen ini bisa dimanfaatkan para desainer untuk menghasilkan karya yang bisa dinikmati masyarakat" tuturnya lagi.



Cerita lain dipaparkan pasangan Gifran dan Rilies. Keduanya berduet membentuk Heyday (studio desain) dua tahun lalu. "Waktu itu kami menghadapi Kickfest 2008 - pameran kreatif, di Bandung. Ide hangerstool timbul karena persiapan pameran yang mepet," tutur Gifran terkekeh. Idenya sederhana. Mereka mengolah beberapa gantungan baju, disusun terbalik lalu diperkuat dengan konstruksi dari kayu. "Ibarat pepatah, tak ada rotan, gantungan baju pun jadi," kata mereka.


"Eksperimen mengolah ide dari barang bekas dilakukan di Ideatorium ini," begitu sebutan Ivan untuk bengkelnya. Ruangannya seluas 5x3m. Produksi meja, kayu, aksesoris, bahkan proyek berskala publik dikerjakan disini. "Saya menggunakan konsep reuse. Artinya, memperpanjang nyawa material agar bisa digunakan kembali, " kata Ivan. Konsep reuse menyulap bahan mentah jadi berbuah.


Bangunan sederhana di bilangan Jelambar, Jakarta, itu berbunyi gaduh. Rupanya seorang tukang sedang mengebor kayu. Onggokan palet, palu dan meteran tergeletak begitu saja. Di tempat inilah Ivan Christianto (24) berkreasi dengan material bekas.


Mendulang harapan dan idealisme dengan barang bekas dan material pendamping.









 
 
 

Comentarios


Goodybag BSD

Also Featured In

    Like what you read? Donate now and help me provide fresh news and analysis for my readers   

Donate with PayPal

© 2023 by "This Just In". Proudly created with Wix.com

bottom of page