top of page

Melipat peluang dari kerajinan melipat kertas

Limbah kertas bisa menghasilkan laba besar | pabrik spunbond di indonesia

Tahun 1999, ia pun mulai memasarkan hasil kerajinan origaminya. Sama halnya Agus, ia juga membuat origami 3D. "Bahannya bisa dari undangan bekas dan koran," ujar Basri. Kertas-kertas itu kemudian dipotong menjadi bentuk persegi. Lalu dikelompokkan berdasarkan warna-warna tertentu.


Begitu ada pesanan, Basri pun tinggal merangkainya. Produksi origami ini memang dilakukan saat ada pesanan saja. Sebulan, ia menerima 200 pesanan. Dengan harga jual Rp 10.000- Rp 100.000, omzetnya dari usaha ini Rp 5 juta per bulan.


Produk kerajinan origami tersebut dibanderol mulai Rp 15.000 - Rp 50.000 per buah. Selain di Kediri, ia juga memasarkan hasil karyanya lewat internet. Dalam sebulan, Agus bisa menjual hingga ribuan jenisproduk origami. "Selama ini yang paling banyak dipesan origami berbentuk burung bangau," ujarnya.


Dari usahanya ini, Agus meraup omzet Rp 10 juta per bulan, dengan laba 70%. Laba bisnis ini cukup besar lantaran biaya bahan bakunya hanya 10% dari omzet. Pemain lain yang sukses menekuni usaha ini adalah Basri Sepang yang bermukim di Makassar. Pria 33 tahun ini awalnya hanya membantu anaknya mengerjakan tugas sekolah. Dari itulah kecintaannya terhadap origami tumbuh.


Bahan materialnya juga sangat sederhana, yakni kertas bekas dan lem perekat. "Biasanya saya menggunakan lem kayu yang sudah dicampur air agar cair, dan bisa disemprotkan ke kertas sebagai bahan perekat," ucapnya.


Untuk bahan baku, Agus memilih kertas-kertas bekas yang memiliki tingkat ketebalan tinggi, seperti kertas brosur, karton dan kertas koran bekas. Dibutuhkan waktu sekitar seminggu untuk membuat produk origami berukuran besar.


Di bawah bendera usaha Maheswari Art and Craft, ia memproduksi aneka kerajinan origami tiga dimensi (3D). Diantaranya ada yang berbentuk burung bangau, menara masjid, dan aneka bunga. Kendati tanpa cat pewarna, origami buatannya nampak unik dan artistik.


Origami berasal dari Jepang yang mulai dikenal sejak abad ke-17. Di zaman ini, origami berkembang menjadi aksesori untuk menghias rumah,kamar, pelaminan pernikahan, kado, dan sebagainya. Seni origami ini merupakan hasil kerja tangan yang cukup teliti dan penuh kreativitas. Salah satu produsen origami adalah Agus Pramono di Kediri, Jawa Timur.


Di tangan-tangan nan terampil, kertas bekas yang biasanya dibuang percuma dan menjadi limbah, bisa disulap menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi. Beragam produk kerajinan yang terbuat dari limbah kertas sebagai bahan baku utamanya banyak ditemukan di berbagai tempat. Kerajinan itu salah satunya dihasilkan melalui seni origami atau seni melipat kertas.


Limbah kertas gampang ditemukan di sekitar kita. Bila diolah secara kreatif, limbah kertas bisa menghasilkan laba besar. Kreasi mengolah kertas ini bisa dihasilkan melalui seni origami, dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan.


Ayo Bikin Tisu dari Limbah Kulit Pisang! | pabrik spunbond di indonesia

6. Saring campuran (jangan terlalu tebal) di baskom memakai screen sablon lalu letakkan screen sablon di atas spons yang sudah dilapisi kain dengan posisi terbalik, gosok sedikit screen dan angkat hati-hati, kemudian tutup dengan kain yang sudah dibasahi.


7. Tambah satu lapis lagi kain basah. Angkat sepasang demi sepasang dan jemur di tempat yang panas kemudian setrika sepasang demi sepasang dan buka kain perlahan.


8. Langkah selanjutnya, lakukan Uji Ketahanan Tarik (tensile strength), Uji Ketebalan, Gramatur atau Berat Dasar Kertas Tisu.


3. Selanjutnya rebus campuran bahan-bahan tersebut dalam panci besar sampai sekitar 1,5 jam dilanjutkan menghilangkan NaOH dengan mencuci sampai bersih agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya.


4. Rendam dengan larutan kaporit selama 1 jam, cuci dengan air bersih hingga bau kaporit hilang lalu haluskan adonan lunak tersebut dengan blender.


5. Campurkan dengan talcum sebanyak 1,5 Kg ke dalam adonan dan encerkan adonan atau pulp agar dapat diproduksi kertas yang tipis. Selanjutnya, tuangkan adonan halus ke dalam baskom lebar. Letakkan spons di atas meja, lalu taruh kain yang sudah dibasahi di atasnya.


1. Cuci bersih kulit pisang dengan aquades, mengiris kecil-kecil kulit pisang sesuai keperluan. Jangan lupa mengenakan sarung tangan ketika memotongnya.


2. Keringkan semua irisan kulit pisang dengan sinar matahari di atas nyiru dan mencampurkan kulit pisang kering, air, dan kristal NaOH dalam panci dengan perbandingan komposisi kulit pisang, air, dan Kristal NaOH.


Tapi ditangan para mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, ternyata kulit pisang bisa dijadikan alternatif bahan dasar pembuatan tisu. Mereka adalah Jovita Ridhani, Laela Mukaromah, Monica Azizu Haqi, Dhani Priantoro, Achmad Sabit N.


Ketua tim, Jovita mengatakan, kulit pisang memiliki tekstur yang tebal dan mengandung selulosa yang merupakan bahan pembuatan tisu . Selain itu, ternyata kulit pisang memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, Protein dan juga lemak yang cukup baik. Sehingga kulit pisang memiliki banyak manfaat untuk kulit seperti menghilangkan jerawat, menyembuhkan psoriasis, menghilangkan kutil kecil, membantu luka kering lebih cepat dan lain lain, Kamis (26/9/2013).


Limbah kulit pisang banyak terdapat di daerah-daerah yang memproduksi keripik dan sale pisang dan masih tidak bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, melainkan hanya sebagai limbah tak berguna.

Sak Semen Jadi Tas Trendi, Dari Sosial Hingga Internasional | pabrik spunbond di indonesia

Di tiap desa binaan, AV Peduli mengajarkan manajemen pengolahan sampah hingga menjadi produk daur ulang kepada masyarakat. “Masyarakat binaan kita itu sekarang sudah bisa jadi pelatih lagi buat orang lain. Itu sih yang paling bikin bangga, paling bikin seneng,” ujarnya.


Tahun 2011, AVPeduli mulai memperkenalkan merek “Hey Startic” dan ikut serta pada roadshow bersama pemerintah dan pameran baik di dalam dan luar negeri. Baru tahun lalu, usaha ini mulai fokus dalam pemasaran dan pengembangan produk.


“Ke depannya, kita pengen bisa bikin lebih eksklusif, (lebih) high end lagi untuk produknya, dengan kualitas yang lebih oke, dengan kulit, batik, dan songket supaya bisa nambah nilai jualnya dan promosi budaya indonesia,” tutur Vania.


Tidak hanya itu, dara manis peraih tanda kehormatan Presiden Satyalencana Wirakarya ini juga berharap dapat memberdayakan masyarakat eks lokalisasi gang Dolly di Surabaya agar image masyarakat umum terhadap mereka dapat berubah.


Berawal dari kepeduliannya terhadap lingkungan, Vania bersama sang kakak, Agnes Santoso, mendirikan klub lingkungan AVPeduli di Surabaya pada tahun 2005. Anggota klub ini merupakan generasi muda yang aktif dalam gerakan pelestarian lingkungan.


“Sampai akhirnya pas di 2007 kita (AVPeduli) menang sebagai delegasi Indonesia pertama yang jadi finalis bahkan jadi juara pertama untuk (kompetisi) Volvo Adventure, lomba lingkungan (tingkat) internasional yang diadakan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Swedia, “ tuturnya.


Hadiah uang sebesar US$ 10 ribu dari kompetisi tersebut dimanfaatkan Vania bersama anggota AVPeduli untuk mulai mengembangkan lini bisnis sosial dengan melibatkan masyarakat marginal di desa binaan. Saat ini, AV Peduli sudah memiliki tiga desa binaan di provinsi Jawa Timur.


“Ekspor yang paling rutin sampai saat ini (dapat) repeat order terus itu ke Belanda sama ke Australia. Jadi mayoritas justru pembelinya banyak yang tertarik itu malah dari luar negeri karena mereka suka (yang) go green gitu,” tutur Vania yang baru dinobatkan menjadi juara 2 Wirausaha Muda Mandiri tahun ini.


Ditanyakan soal omzet, Vania mengaku omzet bisnis sosialnya dapat mencapai ratusan juta per tahun. Besaran biaya produksi berkisar 60 hingga 70 persen dari omzetnya. Sekitar 60 persen dari keuntungan bersih dibagikan (profit sharing) kepada pengrajin yang berasal dari masyarakat marginal di tiga desa binaan AV Peduli di Jawa Timur.



Selain produk berbahan dasar sak semen, AVPeduli juga memproduksi produk berbahan dasar plastik bungkus kopi dan permen, botol, dan material daur ulang lain. Bahan-bahan tersebut diolah menjadi berbagai produk seperti tas, dompet, sarung handphone, pigura foto, dan berbagai hiasan lain. Untuk memperoleh bahan baku, Vania bekerjasama dengan kontraktor, bank sampah, dan warung-warung di Surabaya, Jawa Timur dan sekitarnya.


Dengan mengusung tagline ‘Eco-fashion for you, empowerment for society’, sekitar 70 persen produksi AVPeduli dipasarkan ke mancanegara melalui pameran dan penjualan online, sedangkan 30 persen sisanya dipasarkan di berbagai toko dalam negeri.


Untuk produk tas, sak semen tersebut dipadukan dengan kulit agar lebih menarik namun ada pula yang memang material utamanya sak semen. Tas tersebut dibanderol berkisar Rp 120 ribu hingga Rp 300 ribu per unitnya.


“Tergantung ada pakai kombinasi (kulit ataupun material lain) atau pure sak semen saja,” kata Vania.

Berpegang pada penelitian cara mengolah sak semen dari kampusnya, Universitas Airlangga (Unair), AVPeduli mengolah sak semen menjadi material yang kuat, tahan air, dan ramah lingkungan. Metode pewarnaannya menggunakan pola celup dengan bahan pewarna alami. Agar makin menarik, bagian luar sak semen juga dilapis formula hasil penelitian dari Unair yang salah satu bahan dasarnya merupakan getah pinus. Formula ramah lingkungan tersebut membuat sak semen tampak kuat dan mengkilat bagai dilapis pernis.


Dalam setahun, AVPeduli dapat memproduksi 700 hingga 800 unit produk retail dan ribuan unit pesanan khusus berlabel “Hey Startic”. Tidak hanya tas, sak semen tersebut juga dapat juga diolah menjadi berbagai souvenir seperti dompet.


Sak semen ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk fashion. Di tangan Vania Santoso (23) dan timnya, kertas sak semen disulap menjadi tas trendi dan fashionable hingga mendapatkan penghargaan produk berkembang (emerging product) pada ajang Jakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft) Award 2015 di Jakarta Convention Center, Jumat (10/4) lalu.


“Minat (konsumen) di dalam negeri memang masih melihat produk daur ulang itu stigmanya ‘aduh itu dari sampah, males, enggak keren’ makanya kita siasati dengan kita bikin dengan olahan sak semen itu,” tutur Vania, pendiri dan CEO AVPeduli, kepada CNN Indonesia usai menerima penghargaan.






Goodybag BSD
bottom of page