top of page

Tas Unik dari Pelepah Pohon Palem

Tas wanita berbahan eceng gondok | jual goodie bag

”Banyak yang meminta tasnya tidak terlalu kaku. Jadi, saat ini saya sedang mencari bahan-bahan yang lebih elastis dan bisa ditempeli pelepah palem,”katanya.

Wyna Herdiana, dosen pembimbing tugas akhir mengatakan, karena tas ini dibuat dengan tangan sehingga kurang rapi. ”Bagi adik tingkat yang ingin mengolah lebih lanjut bahan palem saya sarankan untuk pemotongan menggunakan mesin pemotong sederhana agar hasilnya bisa sama besar,”katanya.

Dari beragam proses yang dialami, paling lama saat eksperimen warna pelepah palem serta menyusunnya dalam pola yang sudah dibuatnya. ”Pelepahnya kalau kering agak menyusut, jadi potongan-potongannya tidak pas dengan pola, nanti akan jelek,”urainya.

Maureen optimis produknya ini bisa diterima pasar karena masih baru, eksotik dan natural. Hanya saja, dia masih perlu menyempurnakan dengan mencoba mencari desain lain yang terkesan lebih santai.


Ada tiga jenis tas yang dibuat, yakni Clutch yang diberi nama Clurcy bag dengan desain rantai sebagai handle nya, Lalu tas tablet yang diberi nama tabby dengan desain lebih besat dan terdapat tempat menyimpan tab maksimal 8 inci. Terakhir, tas jinjing bernama Lola bag dengan desain paling besar dan bergaya serut sebagai pembuka bagian dalamnya.

”Satu tas ini saya buat sekitar dua minggu,”kata bungsu dari dua bersaudara yang tinggal di kawasan Kendangsari, Surabaya.


Cukup lama Maureen bereksperimen hingga akhirnya didapat cara untuk membuat pelepah palem raja lebih putih dia merendamnya dalam pemutih pakaian selama sehari. Sementara untuk membuat pelepah palem putri lebih gelap dia rendam dengan natrium hidroksida (NaOH). Sedangkan warna alami dari palem ekor tupai dinilai sudah cukup bagus sehingga tidak perlu diberi perlakuan.

Setelah mendapat tiga warna pelepah, Maureen melanjutkannya dengan membuat motif tas menggunakan kertas karton 2 mm. Dia terinspirasi dari ArtDeco untuk membuat desain berunsur geometri.


Pelepah-pelepah yang terkumpul itu pun diamati warna dan teksturnya. Palem putri yang banyak tumbuh di halaman rumahnya memiliki warna coklat agak kemerahan. Sementara palem raja pelepahnya lebih besar dan warnanya coklat muda dan palem ekor tupai bagian dalamnya berwarna coklat agak kekuningan.

Tiga warna ini dinilai belum maksimal untuk membuat kerajinan tangan. Maureen lalu membuat eksperimen dengan merendamnya dengan cuka atau memasaknya. ”Ternyata warnanya tetap tidak berubah,”aku alumnus SMA Kr Petra 5 Surabaya.


Maureen pun mencari referensi tentang pohon palem. Ternyata pohom palem yang memiliki nama latin Arecaceae ini memiliki berbagai jenis, seperti palem raja, puteri dan ekor tupai. Dia pun mulai mengumpulkan jenis-jenis pelepah itu.

Ada yang menarik saat dia berburu pelepah palem. Karena di rumahnya hanya ada palem puteri, dia pun meminta tolong pasukan kuning yang ada di Jalan Kendangsari untuk menyimpan pelepah palem yang akan runtuh. Dia tak segan merogoh koceknya untuk mendapatkannya.


Pelepah pohon palem selama ini hanya dianggap sampah. Bentuknya yang besar dan kasar membuatnya sulit dibersihkan. Anggapan itu awalnya juga dirasakan Maureen. Bahkan dia sering dibuat gemas melihat pelepah-pelepah palem ini sering mengotori halamannya. Tetapi diam-diam gadis berkulit kuning langsat ini mengamatinya.

”Ternyata pelepah palem ini punya tekstur garis-garis vertikal yang bagus. Warnanya pun menarik,”kata Maureen saat ditemui di kampusnya, Selasa (12/8/2014).


Tas wanita berbahan eceng gondok atau pelepah pisang sudah umum di pasaran. Tetapi tas dari pelepah pohon palem kali pertama dibuat Maureen Florencia Dharmawan, mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Surabaya (Ubaya). Tas pelepah pohon palem bautan Maureen terlihat eksotis dan natural.


Jakarta Fair hadirkan kerajinan ‘Enceng Gondok’ asal Jawa Tengah | jual goodie bag


Sri lalu memberanikan diri menjadi perajin dengan bahan baku kulit lantung sejak tahun 2000. Ia membuat berbagai barang kerajinan, seperti tempat tisu, kartu ucapan, bingkai foto, gantungan kunci, topi, dan peci. Ia pula yang mendesain semua produk itu. Lembaran kulit lantung diperolehnya dari petani di Kabupaten Kaur, Bengkulu.


Kerajinan Kayu Lantung Bengkulu ini banyak diminati pengunjung Jakarta fair 2013. Untuk Kopyah Kayu Lantung dijual dengan harga Rp 60 ribu, sedangkan tas perempuan dibandrol Rp 500 ribu.


Dari Bengkulu para pengrajin memanfaatkan sumber daya alam melimpah, salah satunya berupa kayu lantung. Jenis kayu ini oleh sebagian besar warga hanya menjadikan sebagai kayu bakar, namun di tangan para pengrajin yang kreatif ia bisa disulap menjadi anaka barang yang berharga jual ratusan ribu hingga jutaan rupiah.


Tentrem Sriminarsih, ibu rumah tangga di Kota Bengkulu, adalah salah satu pelopor kerajnan kayu Lantung. Dia prihatin, kayu lantung yang banyak di Bengkulu itu ditebang menjadi kayu bakar. Padahal, kulit kayu ini unik, sayang disia-siakan. jika diolah, kulit lantung bisa dibuat menjadi berbagai kerajinan yang ramah lingkungan.


Lukito membuat rumah Kupu dari bahan resin, yang merupakan bahan utama untuk membuat fiberglass. Di jual dalam bentuk cairan kental berwarna bening. Fungsi utamanya sebagai bahan baku pembentuk polimer.


Jenis resin bermacam-macam. Untuk bahan aksesoris fiberglass, umumnya menggunakan resin bening atau resin butek. Resin bening, biasanya digunakan untuk bentuk yang menonjolkan kebeningannya, seperti untuk aksesoris gantungan kunci serangga dan lain-lain. Sedangkan resin jenis butek lebih banyak digunakan untuk pembuatan aksesoris yang berwarna, harganya lebih murah dibanding resin bening.


“Harga terendah adalah gantungan kunci sebesar Rp 5 ribu, sedang tas wanita itu Rp 75 ribu sampai ratusan ribu rupiah,” kata seorang penjaja kerajinan enceng gondok.


Di stand lain, pengrajin dari Bantul DIY, memamerkan kerajinan fiberglass yang berasal dari resin rumah kupu-kupu. Beraneka berang ia pamerkan mulai dari pernak-pernik pajangan, peralatan rumah tangga, dan berbagai aksesoris.


Kerajinan enceng gondok ini diwujudkan dalam berbagai bentuk barang hasil seni namun bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Seperti tempat tissue, sandal, keranjang, tas perempuan, bingkai foto, kaligrafi, perahu pinisi, miniatur mobil, miniatur motor dan lain lain.


Stand-stand yang menjajakan beraneka kerajinan tersebut tepatnya berada di Hall-B dan Hall-C1 Arena PRJ Kemayoran Jakarta Pusat. Para pengrajin dari seluruh penjuru tanah air memamerkan produknya di sini dan menjualnya dengan harga promosi.


Diantara kerajinan Nusantara yang banyak digemari pengunjung adalah kerajinan enceng gondok dari Jawa Tengah, kerajinan fiber glass rumah kupu dari Bantul DIY, dan kerajinan kayu lantung dari Bengkulu.


Bermacam-macam jenis kerajinan khas dari berbagai daerah di Indonesia dipamerkan di event Jakarta Fair yang sedang berlangsung di Arena PRJ Kemayoran dari tanggal 6 Juni silam hingga 7 Juli mendatang.



Tukang Tambal Ban di Semarang Ini Manfaatkan Ban Bekas jadi Beragam Miniatur Keren | jual goodie bag


"Kalau kecil-kecil seperti serangga sehari bisa sepuluh, sedangkan kalau robot agak lama selama tiga hari,"ujarnya.

Baginya, pembuatan miniatur yang tersulit adalah mengerjakan robot. Hal ini dikarenakan proses pembuatan robot dibutuhkan kerangka yang kuat .

Selain itu tidak semua varian ban cocok digunakan untuk membuat aksesoris robot.


"Setelah dicoba akhirnya jadi miniatur yang saat ini saya buat," ujarnya.

Miniatur dari limbah ban bekas itu dibuat di kediamannya yang berada di Jalan Noroyono No 58 Kelurahan Bulu Lor Semarang Utara setelah bengkel tambal bannya tutup. Dalam sehari dirinya dapat mengerjakan sepuluh miniatur.


"Dulu saya tukang silet ban dan teman-teman banyak yang menyiletkan bannya. Karena jumlahnya banyak sampah ban menjadi menumpuk sehingga tidak sengaja tertendang saya. Sampah ban itu berserakan dilantai sehingga membentuk seperti gambar pemandangan," tuturnya, Sabtu (18/2/2017).

Santoso, sapaan akrabnya, mencoba kembali membuat lukisan dari siletan ban bekas. Setelah berhasil dengan membuat lukisan dirinya mencoba untuk mengerjakan pembuatan miniatur dari ban bekas.


Ada banyak cara memanfaatkan limbah ban bekas yang tidak terpakai untuk dijadikan karya seni . Hal ini dilakukan Mochmmad Santoso Rahawarin (48) yang setiap harinya sebagai tukang tambal ban di Jalan Noroyono, Kota Semarang.

Di tangan pria berdarah Ambon ini ban bekas yang tidak terpakai disulapnya menjadi beraneka ragam miniatur dan gantungan kunci. Ide membuat kerajinan tersebut berawal pada bulan November 2015 saat bekerja sebagai tukang Vulkanisir (daur ulang) ban.


Ia mengatakan semua karyanya saat ini dijual saat mengikuti pameran kesenian. Hasil karyannya tersebut telah banyak dipesan dari luar Jawa maupun dari mancanegara .

Harga miniatur ban bekas dipatok sesuai besar kecil dan tingkat kesulitan miniatur.

"Kalau mancanegara yang pesan dari Malaysia lewat online mereka biasanya senang gantungan kunci,"tuturnya.


"Imajinasi saya saat membuat miniatur dari internet,'ujarnya

Bahan yang digunakan untuk membuat karya seninya sangat mudah didapat. Cukup menggunakan ban bekas yang didapat dari sampah maupun konsumennya saat mengganti ban. "Banyak sekali ban bekas. Tidak diambil semua karena skalanya masih kecil,"tuturnya.


Untuk membuat robot dibutuhkan ban luar serta ban dalam yang terdapat ring dan pentil. Lalu tambahannya cuma lem. Membuat robot dimulai pengerjaan rangka yang berasal ban dalam kemudian disambung dengan dop. Setelah terbentuk rangka kemudian dipenuhi dengan ban luar," ujarnya.

Menurutnya, kesenian dibuatnya termasuk dalam seni kraft artinya seni yang tidak mengenal aturan. Tercipta dari keinginan yang liar.

Karena imajinasi yang tidak bisa ditawar, dan seni yang riang membebaskan dari dari segala beban.








Goodybag BSD
bottom of page