Siti Aminah, Menyulap Sampah Menjadi Rupiah
- ratna tia
- Nov 22, 2017
- 5 min read
Tas jinjing beranyam rotan | goody bag kreatif

Tak hanya membuat kerajinan tangan, perempuan alumnus Kampus Gunadarma Jakarta ini juga merambah pada usaha pemberdayaan masyarakat. Dia bersedia menjalin mitra dengan memberikan pelatihan di tingkat kelurahan. Selain itu Siti juga seorang entrepreneurship yang kerap mengisi ceramah motivasi bisnis mengelola sampah. Bahkan cita-cita Siti ingin menjadikan Kota Solo sebagai bank sampah. “Artinya semua jenis sampah di Solo bisa disulap menjadi rupiah. Satu hal lagi, kelompok usaha kecil di tingkat kelurahan perlu dihidupkan agar usaha ekonomi kerakyatan berkembang,” terang Siti.
Setiap hari ia belajar mencocokkan bahan baku yang pas untuk menghasilkan beragam karya kerajinan. Hasilnya, kerja keras istri Samad Tahir ini tak sia-sia. Beragam kerajinan tangan hasil karya Siti ternyata diterima oleh masyarakat luas. Tak hanya tas namun asbak hingga pernak-penik perhiasan dalam undangan pernikahan berhasil ia ciptakan. Produk-produk tersebut dijual mulai Rp3.000 hingga ratusan ribu rupiah. Penghasilan Siti pun merangkak naik. Hingga pada 2011, kios sembako yang sudah berpindah tangan akhirnya dapat dimiliki kembali. Seluruh utang juga terbayar lunas.
Dari hal sepele itu, Siti memiliki ide brilian untuk mengolah sampah koran di rumahnya menjadi pundi-pundi rupiah. Selama satu tahun (2008-2009), Siti berkutat untuk membikin kerajinan dengan bahan baku sampah koran.
Pada masa transisi tersebut, Siti tak bisa berbuat banyak. Hingga suatu hari, Siti melihat ibu-ibu membawa tas jinjing beranyam rotan dengan lintingan yang rapi. Dari itulah, muncul ide Siti mengambil koran bekas kemudian melintingnya. “Ternyata hasil lintingan koran yang saya lakukan sama dengan lintingan dari tas itu. Kemudian saya berpikir, ternyata sampah koran jika dimanfaatkan akan sangat berharga,” papar Siti saat ditemui Solopos.com di rumahnya Jl. Kerinci Dalam VI No 168, Sambirejo RT 003/RW 009, Kadipiro, Banjarsari, Kamis (21/9/2012).
Sebelum merambah ke dunia sampah, Siti merupakan pengusaha grosir sembako dari 2003 hingga 2008. Dia memiliki kios sembako tak jauh dari rumahnya. Namun usaha sembako mengalami kolaps sekitar 2008. Kala itu, hutang Siti bertumpuk. Untuk menutup hutangnya, Siti terpaksa melepas kios miliknya.
Siti merupakan salah satu perempuan di Kota Solo yang mampu menyulap sampah koran menjadi rupiah. Dalam perkembangannya, tak hanya sampah koran, Siti mampu mengolah semua jenis sampah baik organik, anorganik dan sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
Murah senyum, enak diajak ngobrol, bersahaja, itulah kesan ketika bertemu dengan Siti Aminah. Ya, perempuan kelahiran Solo, 22 Desember 1972 ini mampu menggugah semangat seseorang untuk menggapai sukses dalam berwirausaha mengolah sampah.
Evi Diana Buka Pelatihan Daur Ulang Sampah Bagi PKK | goody bag kreatif
Diharapkan melalui pelatihan ini dapat member motivasi dan muatan kepada kader PKK tentang pentingnya pengelolan limbah dan daur ulang demi terjaganya lingkugan. “Gerakan PKK harus menjadi tren positif untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala yang terjai di masyarakat sehingga memberikan kontribusi bagi masyarakat,” ujar Evi.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Hidayati mengatakan pelatihan sebagaicupaya mendukung pengurangan resiko bencana akibat pemanasan global dengan mengurangi penggunaan plastik. “Plastik sangat sulit terurai sehingga mengurangi sampah plastik dapat mengurangi polusi, kesursakan lahan dan emisi gas rumah kaca,” katanya.
Tujuan pelatihan memberdayakan Tim Penggerak PKK dalam pengelolaan lingkungan hidu dan menurangi penggunaan bahan baku yang baru. “Sampa ternyata dapat diubah menjadi suatu yang berguna dan bernilai ekonomis sehingga bisa menambah pengghasilan keluarg," ujar Evi.
Evi Diana mengatakan Pelatihan 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) yang digelar dalam rangka aksi cinta lingkungan dengan memberdayakan anggota Tim PKK. DIjelaskan Evi, kegiatan pelestarian lingkungan dengan konsep 3 R sejalan dengan program PKK khususnya Pokja III.
Para peserta terlihat antusias mengikuti kegiatan pelatihan dan langsung mempraktekan cara membuat kerajinan diantaranya gantungan kunci, tas, dompet, hiasan kembang dan lainnya.
Selain itu anggota PKK juga diajarkan cara membuat kompos dari sampah rumah tangga. Selain dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke alam, cara ini juga menghasilkan kompos yang bisa digunakan untuk tanaman dan bernilai ekonomis.
Dalam kegiatan tersebut, para anggota PKK langsung mendapat arahan dan bimbingan dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup DR Hidayati dan relawan lingkungan asal Jepang Tomo. Pelatihan diberikan oleh para praktisi daur ulang sampah yaitu Direktur Komite Integritas Anak Bangsa, Indra Buana Tanjung, Direktur Bank Sampah Induk Sicanang Armawati Chaniago dan Ketua Bengkel Kreasi Daur Ulang Ainun saniah.
Para peserta pelatihan diajarkan dan langsung mempraktekkan cara membuat kerajinan tangan yang bernilai ekonomi dari kemasan plastik bekas, koran dan lain sebagainya.
Ketua Tim Penggerak PKK Sumut Hj Evi Diana Erry Nuradi membuka pelatihan daur ulang sampah kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Sumut, Selasa (30/5/2017) di Kantor PKK jalan Cik Ditiro Medan. Pelatihan diikuti oleh kader PKK dari enam Kota Medan, Binjai, Tebingtinggi, Kabupaten Langkat, Deliserdang, dan Serdangbedagai serta kader PKK Provinsi Sumatera Utara.
Tas Unik Decoupage, Hobi Penghasil Rezeki | goody bag kreatif
Harga produk pascatersentuh seni decoupage yang ia tawarkan, yakni Rp 150 ribu–Rp 300 ribuan. Omzet per bulan, diakuinya, masih rendah, hanya sekitar Rp 3 juta–Rp 4 juta dan masih diputar lagi untuk belanja bahan. Jadi, keuntungan finansial masih belum terasa.
Omzet yang terkumpul rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis. Tidak hanya decoupage yang diusung, tapi juga kerajinan lain sesuai tren kekinian.
Hingga kini, jumlah order per bulan masih sekitar 20-30. Maklum, bisnis baru berjalan selama beberapa bulan. Ia masih harus fokus membuat konsumen sadar akan keberadaan Orchita. Promosi dan penjualan masih terbatas via dunia maya. Tapi, sesekali, berjualan offline ia lakukan bersama reseller ketika sedang kumpul-kumpul dengan teman arisan atau keluarga.
Ratri memamerkan hasil karya perdananya di akun pribadi Facebook. Hasilnya, ia kebanjiran "like". Kemudian, sejumlah order menyusul minta dibuatkan produk "OrchitaCRAFT". Dari sanalah, kemudian ia berekspansi memperluas areal promosi ke akun Instagram dan website.
Hal tersebutlah yang menjadi keunggulan produk buatannya. Kreasi decoupage buatannya juga unggul di aspek desain, kualitas bahan baku yang digunakan, serta ketelitian dan kerapiannya.
Craft, menurutnya, merupakan produk bisnis yang unik. Craft merupakan kreasi buatan tangan yang punya nilai kekhususan tersendiri, dikerjakan dengan passion dan tidak akan bisa diserupakan dengan produk lain.
Modal awal usaha tak terlalu tinggi. Hanya perlu membeli beberapa alat dan bahan yang sumber dananya ia sisihkan dari uang belanja bulanan. Ratri merinci, alokasi modal, di antaranya, membeli beragam clutch seharga Rp 50-75 ribu, puluhan lembar tisu impor seharga Rp 15 ribu per lembar, lem, cat akrilik, dan vernis Rp 100 ribuan. Total modal awal Rp 1,5 jutaan.
Perkenalannya dengan decoupage beberapa bulan lalu kemudian membangkitkan semangatnya kembali. Ratri kali ini bergerak keranjingan hasil seni dekorasi tersebut bersama sejumlah teman SMP dan SMA yang membuat kelompok arisan bernama Emak-Emak IKATSEMUA. "Karena banyak yang suka, akhirnya saya memberanikan diri coba menjual via online," tuturnya.
Mereka berdua bahkan sempat menjual hasil karya mereka secara offline di kawasan Plaza Pondok Gede dan Thamrin City. Namun, usaha tersebut hanya bertahan tiga tahun karena kesibukan masing-masing.
Ratri bukan "anak baru" di dunia bisnis dan fashion. Sejak remaja, ia bersama sang kakak, Ary Winarni, hobi membuat beragam aksesori craft, mulai dari rajut, sulam pita, payet, dan yang lainnya.
Ia mengusung brand "OrchitaCRAFT" karena ia sangat menyukai orchid alias anggrek. "Orchita itu nama pemberian dari seorang sahabat yang artinya pencinta anggrek," tuturnya kepada Republika, belum lama ini.
Namun, di tangan Ratri, seni ini tak hanya jadi sebuah keisengan semata. Decoupage justru membangkitkan semangat wirausaha Ratri.
Seni decoupage merupakan seni dekorasi yang menutupi permukaan sebuah benda dengan potongan kertas atau kain. Decoupage berasal dari bahasa Prancis, yaitu decouper yang artinya memotong.
Ratri yang sejak kecil mengaku senang mengulik beragam aksesori memasukkan seni decoupage sebagai salah satu caranya berkreasi. Ia menjadikan clutch atau tas tangan di tambah sentuhan decoupage bukan cuma jadi alat pembawa barang dengan tampilan pasaran ketika bepergian. Tapi, juga menjadi aksesori cantik nan eksklusif.
Seni decoupage mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Tapi, rupanya decoupage tengah digandrungi sebagai salah satu pilihan aksesori fashion. Seni itu bahkan dijadikan inspirasi wirausaha oleh kalangan ibu-ibu muda, termasuk Ari Dianing Ratri.
Comments