top of page

Mengintip Bisnis Kerajinan Batok Kelapa Beromzet Rp 20 Juta/Bulan

  • Writer: ratna tia
    ratna tia
  • Nov 21, 2017
  • 4 min read

Bisnis kerajinan batok kelapa di Blitar | harga goody bag

Kalau turis dari Eropa, lanjut Ririn, justru lebih suka kerajinan batok tanpa finishing (diplitur). Mereka lebih menyukai tekstur batok yang natural.


Apa kunci keberhasilan mereka ? Ririn menjawab, semua itu hasil berinovasi, dan membutuhkan waktu, tenaga dan biaya.


"Yang jelas, harus berani melangkah untuk memulai ," pungkasnya.


Pembelinya pun dari Sabang sampai Merauke. Pemesanan paling banyak datang dari Maumere (Flores), Kalimantan, Bali dan Lombok.


"Kalau yang ke luar negeri itu yang jualin para TKW. Seperti di Hong Kong, Brunei dan Malaysia. Turis yang nginap di hotel sini yang banyak pesan itu dari Rusia, Belanda dan Mexico," ungkap Ririn.


Kolaborasi keahlian suami istri ini membuat produksi Coco Art makin berkibar. Jika semula mereka hanya mampu mempekerjakan 2 karyawan, sekarang ada 40 warga sekitar yang ikut bekerja di workshop Coco Art.


"Dalam sehari kami mampu memproduksi 50 tas berbagai model . Omzet Alhamdulillah bisa dapat Rp 20 juta dalam sebulan ," ujarnya.


Semakin ramainya pesanan, membuat istrinya , Ririn Rikawati (38) harus ikut terjun membantu usaha sang suami. Ririn yang telah 7 tahun bekerja di optik memilih mundur dari pekerjaannya.


"Karena desain itu kebanyakan saya yang buat, jadi biar maksimal kerja total, akhirnya saya resign ," ungkap wanita berhijab ini.


Ada 34 model tas yang menjadi koleksinya. Ukurannya bervariasi dengan harga dari Rp 25 ribu sampai Rp 125 ribu. Ismarofi juga memproduksi kalung dengan harga Rp 15 ribu, gelang dan gantungan kunci masing-masing seharga Rp 5 ribu.


"Tahun 2009 itu, tas produksi saya seperti enggak ada yang mau. Baru pada 2011 keponakan saya yang pinter komputer menawarkan di dunia maya, online dan hasilnya luar biasa ," tuturnya.


Selain banyak yang langsung datang ke workshopnya, pembeli juga sering memesan secara online. Sejak itu, dia berinovasi dengan kerajinan batok yang berlabel Coco Art.


Inilah awal perjalanan tas batok di Blitar. Mulanya tas produksi Ismarofi dipandang sebelah mata. Dia menawarkan tas itu door to door, dan sering ditolak. Padahal harga tasnya waktu itu sekitar Rp 25 ribuan.

"Baru setelah itu dijahit memakai benang Nylon dan difinishing. Setelah itu dirangkai pakai furing dikasih handle . Jadi tas batok deh," jelasnya ditemui di workshopnya, Sabtu (16/9/2017).


Ismarofi mengambil limbah itu dari tetangganya yang pedagang sayur. Lalu membuat mesin modifikasi untuk membentuk batok kelapa itu sesuai dengan motif yang dinginkan. Setelah itu, batok yang sudah berbentuk motif tertentu ditempel pada media kertas karton yang dilapisi kain.


Melihat limbah batok (tempurung kelapa) yang melimpah di Kota Blitar, Ismarofi (42) memutar otak. Dengan modal Rp 2 juta pinjaman dari tetangga, warga Jl Kaliglagah 48 Tanjungsari, Kecamatan Sukorejo Kota Blitar ini mulai beraksi.



KREATIF ! Datangkan Tim Ahli, Ibu-Ibu Olah Kertas Koran Bernilai Ekonomis | harga goody bag


Ditambahkan Lynda untuk mendapatkan bahan kertas koran ini cukup mudah. Di mana bisa diperoleh di SKPD di lingkup Pemkab Mura, karena semua SKPD berlangganan dengan beberapa media cetak. Tim pengrajin daur ulang kertas koran, Aling Nor Naluri menyampaikan, pihaknya siap berbagi ilmu untuk memanfaatkan kertas koran di daur menjadi barang yang memiliki harga jual. “Disini kita berbagi ilmu, inspirasi apa yang kita lakukan agar bisa bermanfaat untuk kita semua,” ujarnya.


Disampaikan Lynda, dengan adanya pelatihan untuk membuat kerajinan tangan, baik dalam bentuk tas, atau tempat menyimpan barang itu bisa dibuat dari koran bekas. “Kita tidak ingin ibu-ibu hanya kerjanya menonton sinetron saja, merumpi dan yang tidak bermanfaat,” tuturnya. Dengan ada waktu luang, ibu-ibu ini bisa memanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan dengan bekal ilmu yang didapatkan.



“Kita ingin dari sampah kertas Koran itu menjadi barang berguna dan memilii nilia jual, kini kita mendatangkan tim khusus yang memang ahlinya untuk daur ulang kertas Koran yang berasal dari Bogor,” ungkap Lynda dihadapan peserta pelatihan, kemarin.


Puluhan ibu-ibu yang tergabung di TP PKK maupun masyarakat di Kota Puruk Cahu, diikutsertakan dalam Pelatihan Dasar Daur Ulang Kertas Koran, Kamis (2/3). Kepala Dinas PPKBPPPA Kabupaten Murung Raya (Mura), Dra Lynda Kristiane Perdie, pada saat membuka kegiatan pelatihan menyampaikan, peluang usaha juga bisa berasal dari kertas koran yang sudah diangap menjadi sampah, tidak berguna serta biasanya dibuang atau di bakar.


Kini sampah kertas koran dilirik untuk dijadikan bahan berguna dan bernilai ekonomis. Guna menjadikan sampah kertas Koran sebagai bahan berguna dan memiliki nilai jual, Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBPPPA) Kabupaten Murung Raya (Mura), mendatangkan tim ahli pembuatan kerajingan tangan dari koran bekas.

Ini Produk Unggulan Bank Sampah Rosella di Pameran Ekraf 2017 | harga goody bag


Selain kader kita juga melakukan pembinaan ke beberapa perkumpulan yang mayoritas ibu-ibu rumah tangga. Untuk mengajarkan kerajinan yang bernilai ekonomis karena secara tidak langsung menambah pendapatan ekonomi," ujarnya.


"Ada juga kotak pensil, tas dan wadah permen dengan kisaran harga Rp10 ribu dan celengan dari plastik kresek harganya Rp10 ribu, ada juga tas dari karung harganya kami jual Rp35 ribu.


Bank Sampah juga menawarkan taplak meja dari sisa kain gorden tak terpakai. Harganya berkisar Rp40 ribu dan untuk keset kaki dari sisa kain baju kaos harganya berkisar Rp30 ribu. Meski tidak dijual Bank Sampah diakui Surilyati juga membuat baju berbagai macam suku dari plastik kresek.


Untuk harga produk yang dihasilkan dari limbah koran seperti tempat minum harganya bervariasi dari Rp 65 ribu. Sedangkan untuk tempat serbaguna dengan ukuran sedang besar harganya berkisar hingga Rp 75 ribu, terpajang juga tempat kue lapis dengan harga yang ditawarkan Rp150 ribu, tempat tisu double harganya Rp30 ribu, tempat sirih pinang Rp10 ribu, hingga celengan yang terbuat dari sisa kain dengan harga Rp10 ribu.


"Produk yang paling diminati ya dari plastik kresek ini, saat ini stoknya habis. Ada kotak pensil, tas dan wadah berbagai snack dan celengan dari plastik kresek, tas dari karung. Produk yang paling diminati adalah produk yang harganya terjangkau dan simpel seperti celengan dari limbah plastik sejenis minuman kesehatan sudah pasti terjual setiap hari," ujar Suryati pada Jumat (19/5/2017).


Kader Bank Sampah Rosella, Suryati mengatakan pada pameran Ekraf 2017 menampilkan produk aneka kerajinan dari limbah koran. Selain itu terpajang pula celengan yang terbuat dari sisa kain, taplak meja dari sisa kain gorden hingga keset kaki dari sisa kain baju kaos. Bank Sampah Rosella juga membuat berbagai macam baju suku dari plastik kresek.


Pameran Ekonomi Kreatif (Ekraf) 2017 yang memamerkan ragam produk sayang untuk dilewatkan. Pasalnya selain produk cunduct metalworks Indonesia, sub sektor kriya juga juga menampilkan produk menarik lainnya seperti produk karoeng gonie koe yang dihasilkan dari limbah dan beragam produk dari limbah sampah dari Bank Sampah Rosella.




 
 
 

Commentaires


Goodybag BSD

Also Featured In

    Like what you read? Donate now and help me provide fresh news and analysis for my readers   

Donate with PayPal

© 2023 by "This Just In". Proudly created with Wix.com

bottom of page