top of page

Dua Siswi SMPN 1 Slawi Olah Enceng Gondok Jadi Kertas

Tanaman enceng gondok dan serat alami dijadikan bahan membuat kertas tulis | goody bag eksklusif





Proses pembuatan pun cukup sederhana. Bahan eceng gondok, kulit jagung, pelepah pisang dihaluskan dengan menggunakan blender lalu dimasukan baskom dan diberi sedikit cairan kimia asam sitrat.

Sebelum meracik bahan utama batang eceng gondok, ia telah melakukan pencarian literatur di Google terkait kandungan-kandungan serat alami, beserta bahan campuran lainnya untuk diolah menjadi kertas.

Bahan-bahan campuran itu merupakan sisa-sisa dari sampah organik seperti pelepah pisang dan jagung yang kemudian dicampur dengan asam sitrat. “Perbandingannya 1:1 untuk mendapatkan pasta,” jelasnya.

Selain memiliki serat alami yang dapat digunakan untuk membuat kerajinan tangan, eceng gondok juga dapat digunakan sebagai bahan membuat kertas alami.

"Namun baru ikut dilombakan tahun ini dan berhasil menang," ujar Veramita saat ditemui di sekolahnya, Selasa (3/11/2015).


Menurut Veramita, ide mengolah eceng gondok dan serat alami muncul saat ia dan Windy masih duduk di bangku kelas VII. Saat mengikuti mata pelajaran praktikum laboratorium Biologi dan mendapatkan materi pembelajaran tentang manfaat tanaman eceng gondok.

Karya cemerlang mereka juga ikut berpartisipasi dan masih menunggu pengumuman pemenang dalam ajang Lomba Penilitian Ilmiah Remaja (LPIR) Tingkat Nasional.


Adalah Veramita Angel M (13) dan Windy Kulsum (13) siswi kelas VIII SMPN 1 Slawi yang mempunyai ide kreatif. Karyanya pun berhasil menyabet juara I Lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) 2015 Kabupaten Tegal.


Umumnya membuat kertas menggunakan bahan kayu hutan. Tapi di tangan dua siswi SMP Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal, tanaman enceng gondok dan serat alami dijadikan bahan membuat kertas tulis ataupun kertas untuk bahan kreasi seni kerajinan.


"Kami memberikan fasilitas untuk mengembangkan ide-ide siswa. Kami berharap ide anak didik kami bisa menjadi motivasi para siswa lainya di seluruh Indonesia," ungkapnya.

Suci menegaskan, kertas hasil karya anak didiknya masih berupa karya ilmiah dan belum untuk diproduksi sebagai kertas tulis secara massal.


"Kami prihatin dengan ekploitasi kayu untuk pembuatan kertas. Kalau terus menerus maka kayu akan habis. Makanya kami berpikir bagaimana membuat kertas dengan bahan dasar pengganti kayu," jelasnya. Guru pembimbing SMPN I Slawi, Suci Nur Arisqi mengaku sangat mengapresiasi inovasi para siswanya. Sebagai guru Biologi, ia berjanji terus memberikan motivasi dan dukungan.


Setelah itu, tahap terakhir setelah kertas dibentuk kemudian dikeringkan ataupun dijemur di bawah terik sinar matahari selama kurang lebih 24 jam atau sampai benar-benar kering. "Pembuatannya sederhana dan tidak terlalu mengeluarkan biaya mahal,"jelasnya.

Veramita mengungkapkan, ide membuat kertas dari eceng gondok bermula dari keprihatinan mereka terkait dengan eksploitasi kayu sebagai bahan utama kertas.


Cairan itu berfungsi untuk menghilangkan senyawa pada tanaman eceng gondok, pelepah pisang dan kulit jagung.

Setelah diaduk hingga merata, kemudian campuran dalam bentuk pasta itu diperas menggunakan screen sablon.

Hasil dari pemerasan berupa cetakan di atas screen sablon itu kemudian dipindah dan diletakan di atas kertas minyak.

TAK DISANGKA Mangkuk Kayu di Korea dan Jepang Ternyata Buatan Orang Semarang | goody bag eksklusif


Sementara itu, Communication and Relation PT Pertamina Marketing Operation IV Jateng dan DIY, Dedi Adiran Indra Kusuma, mengatakan, saat ini, realisasi dana program kemitraan untuk Jawa Tengah dan DIY mencapai Rp6 miliar, sedangkan realisasi untuk bina lingkungan mencapai Rp7 miliar. Dikatakan, jumlah UKM mitra Pertamina sejak tahun 1993 hingga saat ini mencapai sekitar 7.000 UKM. Sedangkan saat ini yang masih aktif sebanyak 200 UKM.


Tahun 2012 ia menjadi mitra binaan PT Pertamina. Agus mendapat bantuan pertama berupa modal sekitar Rp20 juta. Lalu periode kedua sebesar Rp40 juta. Berkat hal itu, usaha yang dirintisnya makin berkembang hingga kini mampu beromzet Rp30-50 juta per bulan. Adapun komposisi penjualan seimbang antara ekspor dan pasar lokal, seperti Carefour dan swalayan ADA.


"Karena tuntutan pasar maka saya beralih ke mangkuk kayu. Selain itu proses penggarapan lukisan pisang juga butuh waktu lama, sehingga saat ini masih jadi selingan bisnis," ujar Agus saat ditemui di tempat produksi Jatisari Lestari A5/12 Mijen, Semarang, Jumat (30/9).


Ia mengatakan, sebelum merambah mangkok kayu, produk pertama yang dibuatnya adalah lukisan dari pelepah pisang. Bahan baku yang tidak begitu mahal ditunjang nilai jual yang tinggi membuatnya cepat mengumpulkan modal.


Pria asal Desa Ngaringan, Purwodadi tersebut mengatakan, proses produksi yang paling sulit adalah saat penggarapan akhir. Pasalnya selama proses oksidan selama dua hari tidak boleh sedikitpun ada kotoran yang menempel. Apabila hal tersebut terjadi maka warna produk bisa rusak atau cacat memunculkan bercak kotor.


Kesuksesannya membangun usaha diakuinya karena sering mengikuti berbagai pameran di berbagai daerah, seperti Jakarta dan Semarang. Selain itu dulu ia juga menawarkan dari perusahaan satu ke yang lain secara door to door.


Alumni Filsafat Islam IAIN Walisongo tersebut mengaku order bulan ini cenderung normal dengan rata-rata ekspor 1.000-1.500 per bulan. Sementara peak sesion biasanya akan terjadi saat akhir tahun.


Untuk mencukupi kebutuhan bahan baku kayu jati, Agus membeli dari Blora, dan Purwodadi lalu kemudian proses finishing dikerjaan di Jatisari Lestari A5/12 Mijen, Semarang. Ia sengaja memilih mendirikan usaha di pinggiran kota karena dapat menghemat pengeluaran upah 25 persen.


Setiap bulan bapak dua anak ini mampu menproduksi sekitar 2.000 mangkuk kayu dibantu puluhan pengrajin. Produk tersebut dibandrol mulai Rp 50 ribuan per unit.


Berbekal pengalaman bekerja selama lima tahun di berbagai perusahaan furniture, Agus Winarno (39) memutuskan keluar sebagai karyawan dan memberanikan membangun usaha sendiri berbendera Nariza Alam Lestari.

Industri furniture skala rumahan yang dirintisnya sejak tahun 2003 itu pun berkembang pesat hingga kini merambah pasar ekspor ke Jepang dan Korea. Salah satu produk unggulannya adalah mangkok kayu.


Kaligrafi Pelapah Pisang Catat Rekor MURI | goody bag eksklusif

Pada 2010, sekolah ini juga pernah mendapatkan rekor MURI berupa melukis dengan media pelepah pisang terbanyak. Waktu itu peserta mencapai 500 siswa dengan lukisan yang dibuat sebanyak 1040 buah. Kegiatan semacam ini, ungkap Supriyanto, memang sudah dijadikan tradisi agar siswa baru memiliki kepedulian pada lingkungan.


Siswa kelas XA Risma Vidya mengatakan pembuatan kaligrafi itu memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Hingga menjadi karya yang bagus juga butuh ketelitian dalam tahap pembuatannya "Membuatnya pas libur siswa kelas XII Ujian Nasional, kalau bahannya tidak sulit, tapi membuatnya memang harus teliti," katanya.


Persiapan pembuatan kaligrafi ini membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Detail huruf Arab tersebut sangat diperhatikan agar tidak salah dalam menulis, sebab kaligrafi memang kerajinan yang memiliki arti.


Karena dianggap mengganggu pemandangan, pihak sekolah akhirnya mengubah pelepah pisang menjadi aneka kerajinan yang memiliki nilai ekonomi. "Untuk kali ini dipilih kerajinan kaligrafi. Karya anak-anak ini tidak hanya disimpan saja melainkan juga dijual jika memang ada yang berkenan," katanya.


"Sejak beberapa tahun lalu, SMK 2 memang memilih pengelolaan limbah pelepah pisang. Awalnya dulu karena banyaknya pelepah pisang yang berserakan di belakang sekolah," ujarnya, Sabtu (12/5/2012).


Kepala SMK 2 Semarang Supriyanto mengatakan, sekolahnya memang merupakan sekolah yang memiliki komitmen dalam pengelolaan limbah. Salah satunya yakni kegiatan SMK hijau yang memanfaatkan barang-barang bekas menjadi barang berharga.


Masing-masing siswa membuat kaligrafi di atas papan dengan ukuran satu hingga dua meter dan lebar 40 centimeter. Tulisan arab tersebut menggunakan pelepah pisang, sedangkan alas papannya dihias dengan kulit bawang putih, kulit telur, pasir warna serta sejumlah kreasi lainnya yang tersusun rapi.


SMK Negeri 2 Semarang berhasil mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas karyanya membuat kaligrafi terbuat dari pelepah pisang dengan panjang 720 meter. Kaligrafi bertuliskan ayat suci Alquran surat Al-Baqarah ayat 1-286 ini dibuat oleh 700 siswa kelas X dan XI.


goody bag eksklusif




Goodybag BSD
bottom of page