top of page

Kreasi Karung Goni Jadi Kerajinan Tangan Unik

Koko manfaatkan karung goni dan bahan daur ulang untuk sebuah karya kerajinan | goodie bag murah

Mengenai harga jualnya, untuk orang-orangan kisaran Rp30.000, becak Rp60.000 dan lampion lampu bisa mencapai Rp500.000. Jadi, harga itu tergantung tingkat kerumitan membuatnya. Saat ini, penyebarannya sudah menjangkau kota-kota di luar pulau Jawa. Ia berharap produknya tersebut bisa go internasional suatu saat nanti.


Dia menuturkan, untuk membuat model orangnya saja memerlukan waktu 15 sampai 20 menit pengerjaan. Tapi, jika ditambah ornamen lain seperti becak, sepeda dan sebagainya bisa makan waktu sampai satu minggu pengerjaan.


“Minimal dalam satu minggu ada 10 unit yang terjual," katanya.


Koko mengatakan secara keseluruhan bahan dasar dari kerajinan ini adalah karung goni. Tapi, untuk membentuknya menggunakan kawat yang dililit dengan karung goni. Bahan tambahan lainnya diambil dari bahan daur ulang. Sedangkan, untuk warnanya memakai pewarna makan atau pewarna textile. Semua proses pembuatannya dilakukan sendiri atau sesekali dibantu teman yang ingin ikut belajar.


“Senang saja, selain memanfaatkan bahan daur ulang bisa mengingatkan kepada masyarakat kondisi Indonesia pada jaman dulu atau mungkin bisa menggambarkan kondisi pedesaan, “ katanya kepada Ayobandung, Kamis (29/12/2016).


Berangkat dari rasa peduli terhadap lingkungan dan kearifan budaya tradisional, seorang pengrajin asal Kota Bandung Koko manfaatkan karung goni dan bahan daur ulang lainnya untuk dijadikan sebuah karya kerajinan yang menarik. Beberapa karyanya adalah replika seorang petani lengkap dengan topi capirnya, pedagang jaman dahulu dengan sepedanya, tukang becak, dan lainnya.

Cantiknya kerajinan karung goni Sukabumi | goodie bag murah

"Fashion ini adalah sebuah tantangan. Kalian berani tampil beda gak? Kalau gak berani tampil beda, jangan pakai yang begini," kata Abah Goni yang mengisahkan salah satu pelanggan setianya adalah aktris Yati Surahman.


"Fashion ini adalah sebuah tantangan. Kalian berani tampil beda gak? Kalau gak berani tampil beda, jangan pakai yang begini," kata Abah Goni yang mengisahkan salah satu pelanggan setianya adalah aktris Yati Surahman.


"Fashion ini adalah sebuah tantangan. Kalian berani tampil beda gak? Kalau gak berani tampil beda, jangan pakai yang begini," kata Abah Goni yang mengisahkan salah satu pelanggan setianya adalah aktris Yati Surahman.


Proses pembuatannya sederhana, karung goni bekas dipilih kemudian dibersihkan, setelah itu dicabut benangnya dan diwarnai dengan cat khusus. Setelah itu baru dibuat kerajinan mulai dianyam menjadi gelang hingga dipola membentuk rompi.


"Tadinya sih tidak niat dipasarkan, namanya juga hobi. Tapi kemudian ada orang yang lihat lalu suka. Yasudah dibeli. Sampai sekarang pun sebenarnya begitu, saya tidak niat jual, cuma hobi," kata Abah Goni saat ditemui dalam acara Gebyar Asyiiik di Sukabumi, Sabtu.


Kerajinan Abah Goni mulai dari gelang-gelang yang dijual seharga Rp5000, kalung Rp15.000 hingga rompi dan tas ransel yang dijual hingga Rp400.000.


Penggagas kerajinan tangan daur ulang tersebut adalah Abah Iwan Goni (60) yang sudah menggeluti kerajinan tersebut sejak sembilan tahun lalu.


Berawal dari hobi mengulik karung goni bekas, pria yang dulu bekerja serabutan itu kini bisa menghasilkan berbagai kreasi kerajinan tangan yang mampu menghasilkan omzet hingga Rp15 juta per bulan.


Kota Sukabumi tidak hanya terkenal dengan kue mochinya, tapi juga keunikan kerajinan tangannya. Salah satunya adalah kreasi dari karung goni yang unik.


Mejeng dengan Tas Kertas Semen dan Karung Goni | goodie bag murah

Di bawah bendera usaha Innside, kini ia memproduksi aneka produk berbahan goni. Di antaranya alas makan, wallpaper untuk dinding, tempat majalah, goodie bag dan masih banyak lagi. Aneka produk ini dihargai mulai Rp 9.000 hingga 150.000 per pieces. "Produk paling mahal adalah wallpaper decor untuk dinding karena memerlukan bahan material karung goni cukup banyak," jelas Krisna.


Untuk mengembangkan usahanya, ke depan Krisna juga ingin membuat benda-benda baru dengan ragam inovasi desain. Adapun untuk produk berbahan semen, Andriani cukup yakin pasarnya bakal terus membesar. Selain kuat, juga punya nilai seni tinggi.


Awal ia mencoba membuat kerajinan alas makan, seperti alas piring dan gelas. Supaya tambah menarik dan unik, karung goni tersebut ditambah gambar-gambar sablon hasil desain Krisna sendiri. "Kebetulan saya hobi membuat desain gambar, jadi saya coret-coret sendiri," katanya.


Sejak 2010, pria asal Bantul, Yogyakarta ini mulai menekuni kerajinan berbahan dasar goni. Awal ia mencoba membuat kerajinan alas makan, seperti alas piring dan gelas. Supaya tambah menarik dan unik, karung goni tersebut ditambah gambar-gambar sablon hasil desain Krisna sendiri. "Kebetulan saya hobi membuat desain gambar, jadi saya coret-coret sendiri," katanya.


Krisna pun seperti Bayu, setelah mendapatkan ide menyablon karung goni, ia lalu membeli karung goni seharga Rp 100.000. Untuk peralatan mesin jahit dan mesin sablon tidak perlu membeli baru karena sudah ada mesin yang selama ini dipakai buat memproduksi kaus sablon. Sebelumnya Krisna memang fokus memproduksi kaus sablonan sejak 2009.


Yang penting juga, untuk memperoleh bahan baku biayanya amat rendah. Menurut Andriani, koordinator di paguyuban, usaha ini tidak perlu modal besar. "Cukup dengan dana Rp 300.000 untuk membeli kertas semen. Selebihnya untuk membeli pernak-pernik," katanya. Proses pembuatan tas tak butuh waktu lama. Kertas dipotong dalam beberapa bagian lalu dibuat semacam tali. Setelah siap, tali direbus sekaligus diberi warna atau wantek sesuai dengan pesanan. Lantas dijemur selama beberapa hari. Setelah itu, benang siap dianyam menjadi tas cantik.



Para ibu di paguyuban yang turut mengerjakan tas kantong semen itu memperoleh duit Rp 15.000 untuk setiap tas yang dibuat. Kemudian produk yang dihasilkan pun terus bertambah. Kini dari kertas semen itu dibuat juga tempat telepon genggam, tatakan gelas, hiasan dinding, sandal, dompet tempat koin, tikar, dan juga topi.


“Cukup meluangkan waktu untuk menyulam benang atau simpul tali dari kertas semen," ungkap Daeng Tago, salah satu anggota paguyuban. Usaha pembuatan tas dari kantong semen ini sangat bermanfaat bagi ibu-ibu rumah tangga. “Tentu saja ini merupakan penghasilan tambahan Kesibukan ini ada manfaatnya. Soalnya, hasil kerajinan bisa buat tambahan kebutuhan dapur,” kata Daeng Tago kepada KONTAN.


Setelah melihat kertas kantong semen memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kertas biasa, Bayu kemudian membuat desain sebuah tas. Ternyata hasilnya bagus. Ide ini pun ia kembangkan dan hasilnya ia ajarkan kepada ibu-ibu yang tergabung dalam Paguyuban Mawas Diri di Muara Baru, Jakarta, itu.


Dari paguyuban ini, ide terus berkembang hingga kini. Dan kini jadi penghasilan tambahan yang lumayan buat anggota paguyuban. Yang menarik, paguyuban itu juga menyediakan modal buat anggotanya. Sekaligus, menampung dan memasarkan kerajinan tas kertas semen itu.


KITA acap menyaksikan, kantong-kantong semen berserakan di lokasi bekas pembangunan. Paling-paling yang bisa dilakukan terhadap kantong semen ini adalah dijual per kilogram.

Ataupun, kita acap menyaksikan karung goni bekas tempat beras berserakan atau dilipat begitu saja tanpa ada pemanfaatan yang jelas. Tapi itu semua akan selesai oleh Bayu Tripakorso dan Krisna Fitriyanto.






Goodybag BSD
bottom of page