Aprindo Hentikan Program Kantong Plastik Berbayar
- ratna tia
- Nov 9, 2017
- 4 min read
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) | tas spunbond murah meriah

Roy menjelaskan tujuan diterapkannya program kantong plastik tidak gratis tidak lain untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah penggunaan kantong plastik di Tanah Air.Sebelumnya, uji coba serupa berhasil dijalankan selama periode 21 Februari hingga 31 Mei 2016.
“Selama masa uji coba, pengelola ritel modern melaporkan pengeluaran kantong plastik kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Aprindo dan hasilnya menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah,” katanya.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memberhentikan program kantong plastik berbayar yang dijalankan toko ritel modern di seluruh Indonesia, terhitung 1 Oktober 2016 sampai dengan diterbitkannya peraturan pemerintah yang berkekuatan hukum.
“Setelah mempertimbangkan secara masak dampak yang berkembang, kami memutuskan menggratiskan kembali kantong plastik di seluruh ritel modern, mulai 1 Oktober 2016 hingga diterbitkannya Permen KLHK yang berkekuatan hukum,” kata Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey, seperti dilansir Antara, Jumat (30/9/2016).
Sejumlah Pemerintah Daerah (Pemda), bahkan telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang pengelolaan sampah khususnya penanganan limbah kantong plastik, yang isinya tidak sejalan dengan SE KLHK. Menurut Roy, hal tersebut mengakibatkan sebagian peritel mundur dari komitmennya untuk menjalankan uji coba tersebut di tokonya, sehingga ditengarai memicu persaingan bisnis yang tidak sehat di industri ritel modern.
“Pada prinsipnya, Aprindo akan tetap mendukung program pemerintah. Namun kami berharap Permen terkait Penerapan Kantong Plastik Tidak Gratis dapat segera diterbitkan, agar pelaksanaannya dapat berjalan lebih optimal dan sesuai dengan tujuan bersama. Aprindo juga siap memberikan masukan terkait Permen tersebut,” tegasnya.
Namun pada perjalanannya, kata Roy, uji coba program tersebut kian banyak menuai pro kontra di berbagai kalangan masyarakat sementara Permen LHK belum kunjung diterbitkan. Peritel modern menerima kritikan dari masyarakat yang berujung pada ancaman tuntutan secara hukum, karena dianggap memungut biaya tanpa berdasarkan peraturan hukum yang kuat.
“Hal ini masih saja terjadi meskipun kami telah melakukan sosialisasi program melalui berbagai media, personel toko, memasang Surat Edaran Dirjen KLHK, serta sarana informasi di toko-toko anggota Aprindo,” ujar dia.
Bagoes Bag pernah melakukan riset tentang penggunaan kantong plastik | tas spunbond murah meriah
Ukuran tas terkecil mampu menampung beban maksimal 3-5 kilogram (kg). Ukuran sedang berkapasitas sekitar 5 kg ke atas dan ukuran besar bisa diisi dengan beban 7 kg.
"Para pencetus Bagoes Bag ini melihat Indonesia sebagai negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia setelah Cina. Dari situ, kami berpikir bagaimana supaya bisa diet kantong plastik. Akhirnya muncullah tas lipat Bagoes Bag," ujar Marketing Manager Bagoes Bag, Nur Ahmad Hidayat di Grha Manggala Siliwangi Jalan Aceh, Bandung, pekan lalu.
Tak hanya konsepnya yang unik, Bagoes Bag pun menyimpan misi lingkungan, yakni mengurangi penggunaan kantong plastik. Setiap tas produksi Bagoes Bag bisa dipakai ulang hingga 1.000 kali. Jadi, jika tas terus dipakai sebagai pengganti kantong plastik, penggunanya dapat mengurangi sampah kantong plastik dan berkontribusi besar terhadap lingkungan.Tas tersebut dibuat dari berbagai bahan seperti polyester dan kanvas.
( Baca : Untung melimpah ruah dari demam tas belanja )
Tas ukuran kecil yang disebut klasik mini, cocok digunakan sebagai pengganti kantong plastik saat berbelanja di swalayan. Tas sedang atau reguler bisa dipakai untuk membawa berbagai benda kecil hingga sedang. Sedangkan tas besar alias jumbo bisa diandalkan untuk membawa barang belanjaan berjumlah besar.
SEKILAS, bentuk tas produksi Bagoes Bag seperti dompet mini. Ketika resletingnya dibuka, lipatan lipatan berbahan polyester terurai dan membentuk sebuah tas. Desain tas pada dasarnya menyerupai kantong plastik. Kini, banyak model tas diproduksi seperti tote bag messager (tas sehari-hari) dan tas backpack. Dengan konsep unik tas lipat, Bagoes Bag bisa digunakan untuk banyak hal.
Selain memproduksi tas dengan model sendiri, Bagoes Bag juga menerima pesanan dengan model pesanan konsumen (custom). Bagoes Bag mampu menjual 200 tas dalam sebulan untuk pembeli satuan.
Untuk pemesan custom jumlah besar, Bagoes Bag mampu menjual hingga 3.000 tas per bulan. Berdiri sejak 2008, Bagoes Bag telah menjual sekitar 650 ribu tas lipat.
Tas dibanderol Rp 30 ribu hingga Rp 185 ribu. Tas termahal adalah backpack yang merupakan model terbaru Bagoes Bag. "Kami juga membuat tas dengan model menarik untuk anak muda hipster. Pada tas ini kami menyelipkan isu diet plastik pada fashion," ucapnya.Bagoes Bag memiliki koleksi tas yang bisa dikunjungi di Jalan Tikukur No 6, Bandung.
Bagoes Bag pernah melakukan riset tentang penggunaan kantong plastik. Sebagian besar anak muda memakai plastik hanya satu kali pakai lalu dibuang. Namun banyak anak muda sadar akan bahaya sampah plastik dan setuju memakai tas yang bisa dipakai ulang.
"Berdasarkan riset kami baik online maupun offline, masyarakat tahu kantong plastik itu bahaya. Tapi tidak semua setuju untuk membeli tas yang bisa dipakai berkali-kali sebagai pengganti plastik. Hanya 9,5 persen yang bersedia membeli. Tapi sebagian dari mereka pun punya cara sendiri mengganti kantong plastik," kata Ahmad.
Tas Cantik Ini Terbuat dari Kulit Apel | tas spunbond murah meriah
Perusahaan asal Hong Kong punya ide unik memanfaatkan barang tak berguna menjadi sesuatu dengan nilai ekonomis tinggi. Perusahaan bernama Life Green Ltd. itu menggunakan kulit apel untuk bahan baku produk tas dan sepatu.Dilansir Mirror, Rabu (5/10/2016), perusahaan fashion yang berpusat di Hong Kong itu memulai produksi tas ramah lingkungan tersebut di kantor cabang mereka di Milan, Italia. Demi kesuksesan ide tersebut Life Green Ltd menjalin bekerja sama dengan perusahaan pertanian apel di Bolzano, Italia Utara.
Sejauh ini, mereka memproduksi tas, sepatu, dan dompet dari kulit apel. Ke depannya Life Green Ltd. berencana untuk memproduksi penutup sofa dan kursi. Untuk produk sepatu dihargai US$119 (Rp1,5juta) sedangkan tas dan dompet dihargai US$139 (Rp1,8juta).“Kami harap semua orang bisa mendukung gerakan kami melindungi lingkungan,” tutup Hong.
Proses mengubah sisa-sisa kulit apel menjadi bahan seperti kulit memakan waktu kurang lebih dua bulan. Setelah bewujud lembaran-lembaran besar barulah bahan dari kulit apel bisa digunakan sebagai bahan baku tas atau sepatu. Bahan tersebut diprediksi mampu bertahan hingga 10 tahun.“Sejak lama sisa-sisa kulit apel dibakar, hal itu menyebabkan polusi yang merusak atmosfer. Tujuan terobosan ini adalah membuat bahan mirip kulit yang ramah lingkungan,” jelas Kepala Desain dan Produksi Life Green Ltd., Henry Hong, seperti dilansir Mirror.
Comments