Kurangi Limbah Plastik, Mahasiswa Ciptakan Polybag Ramah Lingkungan
- ratna tia
- Nov 8, 2017
- 2 min read
Polybag ramah lingkungan itu bernama Polytube Bagormaling | tas spunbond lusinan

Media tanam menggunakan polybag berbahan dasar plastik kerap dipakai dan kadangkala terbuang menjadi tumpukan limbah plastik yang sulit terurai. Namun inovasi dari mahasiswa menawarkan polybag berbahan dasar ramah lingkungan.Inovasi itu digagas oleh empat mahasiswa asal Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Mereka antara lain Alfian Dwi Cahyo, Ika Mediyahati, Najieh Safier Ibrahim, dan Bayu Prasetio. Mereka mengganti polybag berbahan plastik itu dengan bahan organik.
"Dari segi artistik produk ini juga bisa untuk dijadikan tanaman hias dan digantung di rumah," tambahnya.Demi membuat dampak yang lebih besar, para mahasiswa ini berharap produk polybag ramah lingkungannya bisa diproduksi masal sehingga mampu menekan produksi limbah plastik hitam.
"Saat ini kami sedang mencari badan atau instansi yang mau bermitra dengan kami untuk memproduksi secara massal," tandasnya.
Polybag ramah lingkungan itu bernama Polytube Bagormaling. Berbeda dengan sebelumnya, produk ini terbuat dari serabut kelapa yang ditempatkan dalam kerangka polytube dari alumunium.
"Kelebihan dari produk ini yaitu wadah yang dapat langsung ditanam di dalam tanah dan dapat menambah bahan organik pada tanah," jelas Alfian seperti dilansir dari laman UGM.Pasalnya, polybag berbahan dasar serabut kelapa tersebut mampu menunjang pertumbuhan tanaman dan bisa dijadikan kompos.
Ini Dia Dompet Ramah Lingkungan ala Mahasiswa UGM | tas spunbond lusinan
Kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan membawanya pada penciptaan inovasi-inovasi benda yang ramah lingkungan. Seperti yang dilakukan mahasiswa Yogyakarta yang menciptakan dompet eco-friendly. Dompet ramah lingkungan itu bernama E-Dom atau Eco-Friendly Dompet. Inovasi itu dibuat oleh lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yakni Aziz Askaputra, Permata Hayuningtyas, Andhika Gilang Al Afgani, Rosyida Fajarwati, dan Aviva Lintang Tunjungsari.
Salah satu anggota, Aviva mengatakan bahan yang digunakan untuk produk ini adalah kulit sintetis, kanvas, parasut, satin, dan beludru yang tahan air.Saat ini E-Dom dipasarkan melalui media sosial yang dioperasikan sendiri. Lima mahasiswa UGM ini berharap, produknya bisa menjadi bentuk dukungan untuk mengampanyekan jaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik.
Kelima mahasiswa ini mendesain dompet yang bisa berfungsi sebagai tas kantong. Ini bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang ditimbulkan dari berbelanja di minimarket atau warung.
"Dompet ini dapat digunakan untuk berbelanja sehingga kita tidak perlu menggunakan plastik," terang Aziz seperti dilansir dari laman UGM, Minggu (17/6/2017).Biarpun memiliki tagline ramah lingkungan, dompet produksi mahasiswa ini juga didesain fashionable dengan bahan berkualitas dan pilihan motif yang beragam.
Menakjubkan, Sendok Ini Ramah Lingkungan dan Bisa Dimakan | tas spunbond lusinan
Lelah dan muak melihat tumpukan sampah sendok plastik membuat Narayana Peesapaty punya ide cemerlang. Tak sekadar ide, pria asal India ini berkreasi menciptakan sendok yang bisa dimakan.
Pada 2010, Peesapaty mengembangkan sendok yang bisa dimakan terbuat dari millet (satu kelompok dengan serealia), tepung beras dan tepung gandum. Dalam waktu sebentar, perusahaan tempatnya bekerja, Bakey's, berhasil menjual 1,5 juta sendok itu.
Sendok ini juga tersedia dalam beragam rasa, seperti manis, jahe, jahe-bawang putih, seledri, lada hitam, mint, dan buah bit.
Masa kedaluwarsa sendok ini sekitar dua tahun."Anda bisa memakan sendok ini. Jika tidak dimakan, bisa dibuang.Dalam empat hingga lima hari akan terurai," tuturnya mengutip Mashable, Rabu (12/7/2017).Perusahaan ini berkeinginan agar bisa memproduksi dan mendistribusikan sendok yang bisa dimakan itu lebih banyak lagi ke seluruh dunia. Ia berharap terobosan ini mampu mengurangi produksi sampah sendok plastik.
Comments