Diet Plastik, Buka Peluang Perajin Kain Perca
- ratna tia
- Oct 30, 2017
- 6 min read
Perajin kain perca yang memproduksi tas belanja | tas spunbond

Hanya saja, konsumen lebih banyak yang memilih menggunakan kantong palstik berbayar daripada membawa tas belanja atau kantong plastik sendiri karena dianngap ribet.
Sejak diluncurkannya kebijakan kantong palstik berbayar di toko modern dan pasar swalayan, konsumen tidak lagi mendapatkan kantong plastik gratis. Jika konsumen tidak membawa kantong plastik atau tas belanja sendiri, dikenakan biaya Rp200-Rp500 per biji atau jika tidak ingin dikenakan biaya, bisa menggunakan karton (kardus).
Hingga saat ini sudah ada 300 tas yang mulai diproduksi, ada desain cantik dan menarik yang dibuat untuk konsumen perempuan, ada yang simpel atau polos yang bisa digunakan untuk kaum laki-laki.
Selain harganya terjangkau, kata Yanti, modelnya pun bervariasi, tergantung ukuran dan jenisnya, serta bisa digunakan berulang-ulang, praktis digunakan dan mudah dibawa kemana-mana atau saat berbelanja. "Harapan kami, bisa membantu mengurangi keresahan konsumen dengan kantong plastik berbayar, selain itu kami juga bisa membantu pemerintah untuk mengurangi pemanasan global," ucapnya.
Menurut dia, reusable bag ini menjadi solusi bagi konsumen, karena bisa berhemat dan tidak perlu resah saat berbelanja, sebab tasnya bisa digunakan berulang-ulang dan disimpan kembali setelah digunakan. Harga yang dipatok juga relatif murah mulai dari Rp10 ribu hingga Rp75 ribu.
Sebagai pengganti kantong plastik, katanya, reusable bag ini didesain khusus dengan dua pilihan, bermotif atau polos dan tasnya pun juga didesain untuk penggunaan agar kuat dan muat, artinya tidak mudah rusak bila digunakan dalam jangka panjang. Sedangkan, muat artinya cukup untuk diisi barang-barang atau belanjaan.
"Produk kami sebagai pengganti kantong plastik untuk berbelanja itu kami beri nama 'reusable bag' atau tas yang bisa digunakan berulang-ulang karena lebih kuat dan mampu menampung belanjaan cukup banyak. Apalagi, kantong reusable itu juga banyak pilihan warna, motif dan ukurannya," kata penggagas Pelanusa, Yanti di Malang, Rabu.
Salah satu industri kreatif yang memanfaatkan kebijakan pemerintah terkait kantong plastik berbayar itu adalah UMKM kain perca Pelangi Nusantara (Pelanusa) di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. UMKM tersebut membantu memberikan solusi, yakni dengan membuat tas hasil daur ulang sebagai pengganti kantong plastik.
"Diet" plastik yang digencarkan pemerintah membuka peluang baru bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM), khususnya perajin kain perca yang memproduksi tas belanja karena toko modern dan pasar swalayan tidak lagi menyediakan kantong plastik gratis.
Pengelola Mall Protes Surat Edaran Larangan Kantong Plastik Jokowi | tas spunbond
Contohnya, lanjut Suhardianto, produsen menyediakan kantong yang ramah lingkungan dengan harga yang murah ke para pedagang. Selain itu, seharusnya produsen makanan yang mendistribusikan produknya ke pasar ikut bertanggung jawab mengurus limbahnya. “Produsen itu punya kewajiban mengurusi limbahnya juga,” ujarnya.
“Tapi masih dalam tahap wajar, karena para pedagang plastik nantinya tentu akan menyesuaikan salah satu barang dagangannya itu (kantong kresek) sesuai dengan instruksi pemda,” ungkapnya.
Terkait hal ini, Ketua Pusat Pengkajian Persampahan Indonesia (P3I), Sodiq Suhardianto menyarankan, jika nantinya kebijakan kantong ramah lingkungan menyasar seluruh mall hingga ke pasar tradisional, sebaiknya diikuti dengan langkah subsidi silang.
Selain melakukan sosialisasi kepada para pedagang, secara pribadi ia memang menyarankan, jika memang program diet kantong plastik menyasar pasar tradisional, diperlukan juga sosialisasi kepada para pengunjung. Caranya, mirip dengan sosialisasi kepada para pedagang.
Disinggung mengenai polemik mengenai apakah pendapatan para pedagang plastik yang selama ini menjual kantong kresek akan terganggu, menurutnya, hal tersebut mungkin saja akan terjadi.
“Tapi sejauh ini kami belum terima instruksi ataupun imbauan tentang gerakan diet kantong plastik. Jadi hingga kini para pedagang masih menggunakan kantong kresek yang biasa dipakai,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin. Royani menilai, langkah Pemda agar pusat belanja menggunakan tas belanja ramah lingkungan pengganti plastik adalah cara yang bagus untuk menjaga lingkungan. Jika diberi imbauan, pihaknya akan mensosialisasikan gerakan tersebut. Antara lain melalui dialog bersama, pemasangan spanduk, sosialisasi door to door hingga selebaran pemberitahuan.
Manager Area PD Pasar Jaya Pasar Minggu Royani mengaku siap mensosialisasikan penggunaan tas belanja ramah lingkungan di Pasar Minggu, jika Pemprov DKI memberikan himbauan diet kantong plastik seperti di mall.
Jokowi menyatakan, Pemprov DKI ingin masyarakat sadar dengan kelestarian lingkungan. Salah satunya menggunakan bahan-bahan yang dapat dapat dipakai berulang kali atau bahan yang mudah terurai (ramah lingkungan).
Rencananya, jika program ujicoba ini berhasil, pemprov berencana melanjuti Surat Gubernur (SG) dengan mengeluarkan instruksi gubernur, sebagai payung hukum yang mengatur pergantian plastik dengan tas belanja ramah lingkungan di pusat perbelanjaan di Jakarta.
Seruan pemilihan pasar modern seperti mall sebagai pilot project, menurut Jokowi, lantaran pengelolannya yang dinilai lebih mudah. Jadi bukanlah tidak tepat sasaran “Dari yang lebih mudah pengelolaannya dulu. Ya di mall dulu,” lanjutnya.
Menanggapi hal ini, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) mengisyaratkan, ke depannya tak hanya mall, penggunaan tas belanja yang ramah lingkungan juga akan menyasar pasar tradisional.
“Nanti di tempat lain, setelah yang ini (pasar modern) direspons positif oleh pengelola,” ujar Jokowi.
Menurut Ngadiran, penggunaan kantong plastik paling banyak terjadi di pasar tradisional. Untuk itu, dia meminta pihak Pemprov agar dapat mensosialisasikan penggunaan tas ataupun kantong daur ulang yang ramah lingkungan ke para pedagang pasar tradisional.
“Teknik sosialisasi yang baik kepada para pedagang pasar tradisional adalah tahap demi tahap, bukan secara tiba-tiba. Jika sosialisasi tersebut dilakukan, saya yakin, para pedagang di pasar-pasar tradisional akan menyambut baik ide ini,” kata Ngadiran.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pedagang Pasar se-Indonesia Ngadiran menilai, kebijakan penggunakan tas ramah lingkungan pengganti kantong plastik merupakan program yang sangat baik.
Dalam sosialisasi penggunaan tas ramah lingkungan pengganti kantong plastik, menurutnya, pihak Pemprov DKI sebaiknya juga dapat berdialog dengan para pedagang. Sebab, gerakan diet kantong plastik jika memang diseriusi tentu akan berdampak baik pada lingkungan hidup.
“(Tapi) sejauh ini belum. Harusnya ketemu dengan pedagang-pedagang ataupun pengelola mall,” saran Handaka.
“Kenapa hanya kami? Padahal yang perlu dididik itu sebenarnya pasar-pasar tradisional, (penerapan) tas-tas daur ulang (di pasar tradisional) sudah dilakukan apa belum? Ini perlu kampanye yang harus melibatkan seluruh pasar,” ujar Handaka. Bagi orang yang membeli bawang di pasar, lanjut Handaka, plastik yang digunakan langsung dibuang. Sementara orang yang berbelanja di mall, akan memiliki kantong yang bisa dipakai lagi.
Besarnya peredaran kantong plastik kresek di pasar tradisional ini, dipertanyakan oleh pengelola pasar modern. Pasalnya, SG DKI Nomor 6 Tahun 2013 tentang gerakan diet kantong plastik, yang isinya melarang pusat perbelanjaan memberi kantong plastik kepada konsumen dan menggantinya dengan tas ramah lingkungan terhitung mulai 1 Juni hingga 30 Juni, ternyata hanya menyasar pasar modern.
CEO Kuningan City Handaka Santosa menyatakan mendukung gerakan diet kantong plastik yang diserukan Pemprov DKI. Namun, menurutnya, alangkah lebih baik lagi jika tak hanya mall yang diminta menerapkannya.
Nggak usah bawa kantong kresek. Pasti dapat dari pedagang kalau kita beli-beli,” ujarnya.
Keunggulan kantong plastik kresek, kata Asri, dapat membawa barang belanjaan yang mengandung air seperti tahu atau ikan basah. Adapun tas belanja dari anyaman hanya ia bawa untuk membeli belanjaan dalam jumlah besar.
Jenis pasar yang paling banyak menjadi tempat beredarnya kantong plastik kresek adalah pasar tradisional, contohnya di Pasar Minggu.
Seorang pengunjung disana, Asri, mengaku tak perlu repot membawa kantong plastik kresek dari rumah jika ke Pasar Minggu.
Siapa yang tak kenal dengan kantong plastik kresek. Wadah belanja berbahan plastik ini banyak dijual di pasar. Bahkan didapatkan gratis jika membeli sesuatu.
Pengelola pasar modern mempertanyakan Seruan Gubernur (SG) DKI Jakarta tentang gerakan diet kantong plastik. Soalnya, seruan tersebut ternyata tak menyasar pasar tradisional.
Mulai Peduli Lingkungan dengan Tas Belanja | tas spunbond
Saya sendiri mendapatkan satu buah tas belanja ini dari Praktis Print dan langsung dijajal dong. Bentuknya yang saya kira gede, ternyata bisa dilipat dan dimasukkan ke dalam kantong. Jadi bisa dibawa ke mana-mana. Kalau mau nge-mall, bisa sambil makan dulu dan ngga repot lagi nanti sedikit belanja hanya karena tas ranselnya kurang gede hehehe. Begitu dipasang, ternyata warnanya lucu. Ada 4 warna yang berukuran sesuai dengan ukuran trolley-nya.
Tas belanja yang saya maksudnya sebetulnya sudah mulai beredar di mana-mana. Mudah sekali membeli dan memilikinya. Salah satunya bisa dibeli di Praktis Print. Murah dan bahannya bagus. Harganya sudah pasti terjangkau banget dibandingkan beberapa online shop yang selalu saya kepo-in. Belinya juga bisa online, tinggal transfer dan sampai deh di rumah.
Bukan hanya sekedar ikut-ikutan sebetulnya memakai tas belanja. Masih banyak yang belum paham tentang peduli terhadap lingkungan, terutama tas plastik. Seperti yang kita tahu, kepedulian mengurangi tas plastik belum berlaku ke semua kalangan. Di pasar-pasar masih banyak penggunaan tas plastik dan tentunya susah untuk mengurangi hal tersebut.
Buat kita yang paham bahwa plastik tidak akan terurai sebelum 50 sampai 100 tahun, tentunya ini bukan masalah membayar plastiknya saja. Tapi kepedulian kita dengan masa depan dan peduli tentang keberlangsungan lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak. Tentunya yang masih ingin menikmati masa depan dengan udara dan sampah yang tidak menumpuk saking susahnya terurai. Simple way untuk menunjukkan bahwa kita peduli adalah dengan tidak menggunakan tas plastik lagi. Walaupun memang susah, tapi setidaknya bisa dimulai dengan membawa tas belanja sendiri bukan.
Kalau jalan, kemarin-kemarin saya suka bawa ransel dari pada tas belanja. Apalagi kalau jalannya dengan anak-anak. Kadang pas masuk mal, tiba-tiba kepikiran untuk belanja barang keperluan anak atau rumah. Akhirnya mampirlah ke supermarket. Dengan adanya kebijakan harus membeli tas plastik, jadilah ransel berfungsi ganda untuk kantong belanja hehehe. Eitss bukan masalah harga tas plastiknya ya, tapi seberapa besar peduli kita pada lingkungan *eaaa.
Kalau teman-teman blogger, saya sering lihat untuk memanfaatkan tas goodiebag sebagai tas belanja. Idenya lucu dan keren juga, karena saya punya banyak banget tas goodiebag. Tapi permasalahannya, ukurannya ngga begitu besar. Agak repot membawa banyak sekali tas belanja, apalagi belanja bulanan yang jumlahnya sudah pasti banyak.
Kommentare