top of page

Tas Belanja Ramah Lingkungan Bisa Jadi Bencana

  • Writer: ratna tia
    ratna tia
  • Oct 9, 2017
  • 4 min read

Tas belanja ramah lingkungan untuk menggantikan tas plastik | spunbond printing

"Konsumen jarang menyadari risikonya, sehingga harus diimbau untuk mencucinya paling tidak seminggu sekali," ungkap Prof Charles Gerba yang memimpin penelitian, dikutip dari Telegraph, Kamis (1/7/2010).

Kekhawatiran Prof Gerba cukup beralasan. Dalam penelitiannya terungkap, 97 persen pengguna tas belanja ramah lingkungan tidak pernah mencuci atau mengelantangnya.


Apabila pertumbuhannya cukup tinggi, bakteri tersebut bisa menyebabkan ancaman serius dan bahkan kematian. Kelompok yang paling rentan terhadap serangan bakteri tersebut antara lain adalah anak-anak.

Secara alami, bakteri E. coli ditemukan dalam usus manusia dan binatang. Ketika keluar bersama feses atau tinja, bakteri ini bisa hidup dan menyebar ke lingkungan yang tidak bersih.


Untuk mencegah pertumbuhan bakteri, peneliti menyarankan untuk secara teratur mencuci tas belanjanya. Pencucian dengan temperatur tinggi akan lebih efektif membunuh bakteri semacam E. coli.


Belakangan, penggunaan tas dari bahan goni atau anyaman polypropylene ini sering dikampanyekan untuk menyelamatkan lingkungan. Namun kesadaran untuk menggunakannya sering tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan.


Penelitian di University of Arizona menunjukkan, 50 persen tas belanja semacam itu ditumbuhi bakteri Escherichia coli. Jenis bakteri berbahaya, yang pernah menewaskan 26 orang di Skotlandia dalam wabah keracunan terburuk di dunia tahun 1996.


Menggunakan tas belanja ramah lingkungan untuk menggantikan tas plastik sangat dianjurkan karena bisa dipakai ulang sehingga mengurangi sampah plastik. Namun jika tidak sering dicuci, tas tersebut juga 'ramah' untuk ditumbuhi bakteri jahat.


Beramal dengan Tas Belanja Ramah Lingkungan | spunbond printing


Ke depannya, perusahaan tersebut akan melanjutkan proyek dengan melakukan kampanye serta edukasi pola hidup sehat, dan supervisi program penyuluhan tentang perawatanseptic tank.


Tidak ada salahnya, mulai sekarang masyarakat mulai dilatih berpikir bijaksana dalam berbelanja. Apalagi, uji coba program kantong plastik berbayar yang telah berlangsung selama ini terbukti dapat memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat Indonesia.


Sejak ProyekBlue Bagdimulai pertama kali pada Oktober 2014 hingga Desember 2015, lebih dari 232.000 tas belanja IKEA telah terjual, dan digunakan untuk membangun sarana sanitasi limbah berupa 100 septik tank di Kecamatan Penjaringan, sambung Eliza.


Untuk setiap pembelianBlue Bag, 100% dari nilai penjualan ditambah dengan sumbangan dari IKEA, akan disalurkan langsung ke pihak Mercy Corps Indonesia untuk menjalankan proyek sanitasi di Penjaringan yang sudah berjalan selama dua tahun.


ProyekBlue Bagini dapat dijalankan karena adanya dukungan dari konsumen yang peduli lingkungan. IKEA tidak lagi memberikan kantong plastik kepada pelanggan, tapi kami memberi pilihan untuk membeli tas belanja ramah lingkungan ini.


Kecamatan Penjaringan dipilih untuk proyek ini karena merupakan salah satu daerah terpadat di Jakarta dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 jiwa dan kongesti 8.635/km persegi, jelasnya.


Dia mengatakan sebanyak 75% penduduk Penjaringan masih mengandalkan air tanah sumur dangkal untuk sanitasi. Sementara itu, hanya 2% masyarakat setempat yang sudah memiliki akses terhadap sistem penyaluran air buangan yang disediakan pemerintah.


Saat ini, lanjut Eliza, programBlue Bagtersebut telah berhasil mewujudkan pembangunan 100septic tankdengan sistemknockdownbagi masyarakat di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.


Meski belum banyak, berbagai peritel sudah mulai menjalankan aturan tersebut. Salah satunya adalah IKEA Indonesia. Peritel furniturknockdownyang berbasis di Swedia itu menjalankan program bernama IKEABlue Bag.


Marketing Manager IKEA Indonesia Eliza Fazia menjelaskan program tersebut telah dimulai sejak toko ritel tersebut pertama kali dibuka di Alam Sutera pada Oktober 2014. Menariknya, hasil penjualan tas belanjaBlue Bagitu digunakan untuk pembangunan sanitasi umum.


Apalagi, masyarakat Indonesia sudah sangat terbiasa dengan tas kresek untuk berbelanja sehari-hari. Setidaknya, menurut Roy, dibutuhkan waktu transisi selama enam bulan sebelum akhirnya masyarakat terbiasa menggunakan tas belanja.


Padahal, pada 21 Februari, pemerintah akan mulai menerapkan kebijakan tas plastik berbayar. Peritel akan menjual tas belanja seharga US$1. Sementara itu, untuk satu tas plastik, konsumen dikenai tarif 30% dari harga tas belanja.


Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey, upaya menekan penggunaan kantong plastik harus dilakukan dengan sosialisasi yang baik di kalangan peritel maupun masyarakat agar tidak terjadi kericuhan.


Beberapa peritel besar sebenarnya telah menjalankan strategi tersebut. Mereka membuat kebijakan penghapusan kantong plastik untuk alasan kelestaarian lingkungan. Apalagi, selama ini sampah plastik di Indonesia paling banyak disumbang dari toko ritel.


Jika konsumen tetap ingin menggunakan kantong plastik untuk berbelanja, mereka akan dikenakan tarif tambahan.Nah, daripada mengeluarkan tarif untuk menumpuk sampah plastik, masyarakat dianjurkan menggunakan tas belanja yang dapat digunakan berulang kali.


Beberapa waktu lalu, masyarakat dihebohkan pada rencana pemerintah untuk menekan pencemaran dengan memberlakkuan taktik kantong plastik berbayar untuk belanja di toko ritel.


Tanggapan masyarakat pun beragam. Ada yang keberatan, tapi tidak sedikit pula yang menyambut hangat. Peraturan yang direncanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu sudah mulai diberlakukan di banyak kota di Tanah Air sejak awal tahun ini.


Unilever Perkenalkan Tas Belanja Ramah Lingkungan | spunbond printing


Okti Damayanti dalam siaran persnya, Rabu, mengatakan, "Program kerja sama Unilever dengan Hypermart ini merupakan bentuk komitmen Unilever dalam mengedukasi masyarakat untuk turut ambil bagian dalam upaya melestarikan lingkungan melalui penggunaan produk daur ulang di dalam aktivitas mereka sehari-hari."


Tas Trashion untuk saat ini tersedia di 18 outlet Hypermart yang di Jabodetabek. Tas ini tersedia dalam tiga ukuran dengan harga mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 27.000.


Perancangan tas ini berangkat dari fakta bahwa sampah plastik merupakan penyumbang terbesar sampah domestik atau sampah rumah tangga. Berdasarkan data terakhir Dinas Kebersihan DKI Jakarta, misalnya, dari total sampah Jakarta sekitar 27.966 meter kubik per hari atau 116 juta ton per tahun, sekitar 80 persen merupakan sampah rumah tangga yang kebanyakan berupa sampah plastik.


Acara peluncuran tas belanja dengan nama Trashion itu dilakukan di Hypermart, Mal Karawaci, Tangerang, Selasa, dan dihadiri, antara lain, oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, Gusti Muhammad Hatta, Direktur Customer Development PT Unilever Indonesia Tbk, Okti Damayanti, dan Direktur Merchandising dan Marketing Matahari Food Business PT Matahari Putra Prima, Meshvara Kanjaya.


Trashion (dari kata Inggris trash dan fashion) dirancang khusus oleh kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) binaan Unilever untuk mengurangi dampak sampah kemasan plastik.


PT Unilever Indonesia Tbk bekerja sama dengan Hypermart meluncurkan tas belanja ramah lingkungan dari bahan plastik daur ulang yang bisa dipakai berulang kali.





 
 
 

Commenti


Goodybag BSD

Also Featured In

    Like what you read? Donate now and help me provide fresh news and analysis for my readers   

Donate with PayPal

© 2023 by "This Just In". Proudly created with Wix.com

bottom of page