Mahasiswa Asal Semarang Buat Plastik Ramah Lingkungan dari Tongkol Jagung
- ratna tia
- Sep 5, 2017
- 5 min read
Inovasi plastik ramah lingkungan dengan memanfaatkan tongkol jagung | jual kain spunbond eceran

Novita berharap plastik ramah lingkungan dari limbah tongkol jagung dan buah sukun yang digagas bersama timnya ini mampu dikembangkan di Indonesia sebagai plastik konvensional.
"Ke depan masih perlu dilakukan serangkaian penelitian lanjutan. Sebab kita tidak melakukan proses bleaching dalam pembuatan plastik ini agar mengurangi penggunaan bahan kimia," jelasnya.
Novita menjelaskan, hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah tongkol jagung dan buah sukun berpotensi untuk dibuat plastik ramah lingkungan.
"Buah sukun masih minim pemanfaatanya. Jadi kami juga menggunakan pati yang diambil dari buah sukun," imbuhnya.
Selain tongkol jagung, Novita menambahkan, timnya juga menggunakan buah sukun. Pasalnya, senyawa dalam tumbuh-tumbuhan seperti pati dan selulosa sangat potensial untuk membuat plastik biodegradabel.
"Tongkol jagung selama ini belum banyak dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja. Padahal, dalam tongkol jagung terdapat bahan yang berpotensi untuk dibuat plastik," jelas Novita seperti yang dilansir dari laman Undip, Sabtu (16/7/2017).
Para mahasiswa kreatif itu yakni Novita Siti Lestari, Retno Wulansari, Putri Ade Riswanti, Ridla Setya Nur Armina dan Rio Agung Prabowo. Kelimanya tercatat sebagai mahasiswa teknik di Universitas Diponegoro (Undip).
Sampah plastik masih menjadi permasalahan kerusakan lingkungan yang pelik. Oleh sebab itu, sekelompok mahasiswa di Semarang membuat inovasi plastik ramah lingkungan dengan memanfaatkan tongkol jagung.
Siapa sangka, ternyata ini bahan dasar tas cantik dan unik dari Kudus | jual kain spunbond eceran
“Harus pandai-pandai mengatur waktu, saat sedang nganggur bisa sambil lipat-lipat plastik, kan plastik ringan dan bisa ditaruh di tas kuliah, memproduksi kemudian memasarkan meski lewat media sosial, yaitu grup facebook SSA Shop” jelasnya, yang juga menjadi anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pena Kampus UMK.
Tak cuma hal tersebut yang membuatnya semangat membuat sebuah kreasi dari sampah plastik, tapi menurut Ulya selagi muda mencoba membangun finansial kehidupan sendiri.
Ulya memulai usahanya pada Februari 2016 lalu. Menurut dia, usaha itu dimulai karena ingin membiayai kuliah secara mandiri. “Sekarang banyak mahasiswa yang pesen dompet, beauty kit, tempat pensil, simply bag. Harga sangat variatif mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 160 ribu, tinggal tingkat kerumitan dan bahan bakunya," kata dia, yang juga mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unversitas Muria Kudus (UMK) semester 4.
"Dari sampah para penjual es di warung makanan dekat sekolah - sekolah, di sekitar rumah dan sekitar kampus. Untuk plastik bekas minyak goreng dari penjual nasi dan pengusaha catering yang sudah saya kenal lama, yang biasanya mereka buang,” kata dia.
Ulya mengaku melihat prospek ke depannya bagus karena bahannya sangat melimpah, selain itu bisa mengurangi sampah yang tiap hari semakin banyak.
Arofatul Ulya (18), mengolah bungkus sampah-sampah tersebut menjadi barang cantik yang banyak diminati kaum hawa. "Handbag, tas belanja, tas pita cantik, tas benang kur, dan tempat minuman terus saya produksi," kata dara asli Jepangpakis RT 07/RW 04, Kecamatan Jati Kudus, kemarin.
Kemasan plastik biasanya sering dibuang begitu saja. Namun, di tangan-tangan kreatif, sampah platik bekas kemasan bisa diubah menjadi aksesori yang bernilai jual tinggi dan menjadi buruan banyak orang.
Berkat kreatif, limbah pun menjadi fulus | jual kain spunbond eceran
Wah, ternyata kreativitas dapat membuat keadaan menjadi lebih baik. Kreativitas itu tidak berbatas. Jadi, teruslah berkreasi, teruslah berimajinasi. Sebab, seperti kata Napoleon Bonaparte, imajinasi adalah penguasa dunia. Salam kreatif.
Bersama Kresek Kudus, Adam ingin mewujudkan kota kretek ini sebagai kota yang bebas sampah pada 2020. Selain itu, "Kami juga ingin memberdayakan masyarakat sekitar dengan ikut ambil bagian dalam membuat barang kerajinan, terutama anak-anak muda," pungkas dia.
Pelanggan Kresek Kudus datang dari daerah Kudus dan sekitarnya, seperti Semarang, Rembang dan lainnya. Ada pula pelanggan di luar Kudus, seperti Bandung, Gresik dan Surabaya. Adam bilang, produksi barang kerajinan daur ulang Kresek Kudus belum pasti jumlahnya. "Baru sekitar puluhan item, karena kami sistemnya juga pre-order," ujarnya.
Aneka bentuk bros dan gantungan kunci dibanderol mulai Rp 5.000–Rp 10.000. Dompet dibanderol mulai Rp 50.000, berbagai macam tas dibanderol mulai Rp 150.000–Rp 250.000. "Kami menggunakan sistem pre-order (PO). Jadi pelanggan pesan dulu, baru kami buat barangnya. Meski ada stok dalam jumlah terbatas," terang Adam.
Setelah berburu sampah plastik, Adam dan puluhan anggotanya mulai mengolahnya menjadi barang berguna. Misalnya, bros, karpet, gantungan kunci, dompet, dan tas. "Baru-baru ini kami membuat sofa dari tong kaleng besar," ujar Adam. Barang kerajinan hasil kreasi tersebut dijual mulai Rp 5.000 hingga Rp 250.000.
Faesal Adam menggagas Kresek Kudus karena ia prihatin terhadap kebiasaan buang sampah sembarangan. Komunitas Kresek Kudus didirikan untuk mengolah sampah jadi barang yang punya nilai jual. Selain itu, juga mengajak dan menggerakkan kaum muda agar lebih peduli lingkungan. "Kami mengumpulkan sampah, terutama sampah un-organik, seperti sampah plastik dari beberapa desa dan sekolah," terang Adam.
Dalam satu minggu, Citra mampu menjual puluhan talenan. Pernah membuat 36 talenan enggak sampai satu hari. Malamnya saya upload, paginya sudah sold, katanya. Namun talenan lukis tak punya nilai koleksi seperti talenan decoupage karena bisa dibuat berseri. Misalnya tema cinta dengan tiga jenis gambar berbeda, bunga dengan gaya shabby chic, atau seri kutipan kata-kata bijak dan motivasi.
Lain halnya dengan talenan lukis yang harganya lebih mahal. Walau harga bahan bakunya lebih murah, proses pengerjaannya membutuhkan kreativitas tinggi. Ini yang membuat harga jual varian tersebut lebih mahal. Satu talenan lukis berkisar Rp 60.000 Rp 70.000.
Tak sulit membuat kreasi dengan cara decoupage. Walau tak punya keterampilan bidang seni dan desain, asal telaten dan sabar, Anda bisa membuat produk dekorasi dinding ini. Citra bilang, dalam sehari bisa membuat 10 kreasi menggunakan teknik decoupage. Citra menjual satu talenan decoupage seharga Rp 30.000-Rp 40.000.
Sebelumnya Citra mendesain talenan dengan teknik decoupage sebanyak empat lusin. Hasilnya, laris manis. Teknik decoupage adalah seni dekorasi dengan menempelkan kertas tisu pada permukaan sebuah benda. Setelah menempel, kertas dicat menggunakan cat khusus kemudian diberi pelitur agar mengkilat dan terkesan menyatu dengan benda tersebut.
Mengenai omzet, Roni menyebutkan pendapatan kotor dapat mencapai Rp 300-500 juta sebulannya. Namun, sebenarnya ini bukan yang membanggakan. "Yang membanggakan, kita menyerap banyak tenaga kerja, yang nyari-nyari atau hunting (barang bekas)," tuturnya.
yang dapat mencapai 50 orang, untuk mencari barang bekas hingga ke Pulau Madura. Sedangkan karyawan tetapnya hanya berjumlah 35 orang.
Kelebihan lain mebel Roni adalah penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan untuk proses finishing. "Kita enggak pakai bahan-bahan seperti melamin. Itu enggak sehat, beracun," sebutnya. Ia lebih memilih menggunakan wax yang waterbase.
Mulai tahun 2005 hingga saat ini, usaha mebel Roni telah memasuki sejumlah negara Eropa, seperti Belgia dan Bulgaria, hingga Timur Tengah. Produk khusus ekspor, biasanya, tak dicat, hanya dirapikan dan dibiarkan terkesan alami.
“Sekarang ini, kalangan menengah ke atas sudah bosan dengan mebel mahal yang bukan hasil daur ulang. Mereka lebih menyukai bahan yang back to nature dengan bentuk yang antik dan unik,” tutur Roni.
Usaha mebel Roni, di bawah badan usaha Sono Indah Perkasa (SIP), memanfaatkan barang bekas sebagai bahan baku. Roni memakai bekas bantalan kereta api, kapal kayu, bongkaran rumah, hingga roda pedati yang tidak lagi terpakai sebagai bahan baku. Pemakaian kayu bekas justru membuat mebelnya terlihat antik.
Sebelum berusaha mebel dengan manfaatkan barang bekas, Roni Dwi Hartoyo pernah memiliki usaha membuat kerajinan kecil, seperti mobil-mobilan, hingga alat makan. Namun, usaha ini bangkrut.
Siapa coba yang mengira bahwa talenan yang acap ada di dapur oleh Citra dengan kreativitasnya diberi nilai tambah. Si talenan diubah menjadi pernah-pernik dekorasi yang bernilai tinggi. Yang juga tidak boleh dilupakan adalah kreativitas Roni Dwi Hartoyo yang mengubah limbah kayu menjadi mebel yang nilainya bisa mempertebal kocek. Satu lagi, Faisal Adam yang memberi nilai tambah pada plastik kresek.
Menurut Kamus Webster, kreativitas adalah cipta intelektual. Kreativitas ditandai oleh kemampuan atau kekuatan untuk membuat sesuatu menjadi ada, mewujudkan menjadi sesuatu menjadi bentuk baru melalui keterampilan imajinatif. Demikian yang dilakukan oleh Citra Sebayang, Roni Dwi Hartoyo, dan Faesal Adam.
Comments