Lupakan Kantong Plastik Deh! Ganti dengan Tas Ramah Lingkungan Buatan Mahasiswa IPB, Cantik Lo
- ratna tia
- Aug 23, 2017
- 4 min read
Tas ramah lingkungan atau ecobag dengan desain yang sangat unik | goody bag jakarta

Mereka berharap, nantinya produk inovasi tersebut dapat masuk ke skala industri dengan kuantitas dan kualitas yang dihasilkan dapat lebih baik lagi.
Saat ini penjualan Ecobag Si Gelis sudah mencapai berbagai daerah di Indonesia seperti daerah Belitung, Lampung, Jakarta, Depok serta daerah di Pulau Jawa lainnya.
Satu buah ecobag Si Gelis dibanderol dengan harga Rp 50 ribu.
Kami ingin konsumen itu kalau ingat ecobag, ingat batik, ingat Si Gelis. Kami sengaja mengangkat konsep batik dalam ecobag ini dengan harapan eksistensi batik Indonesia dapat terus dipertahankan dan meningkat,” ujarnya.
Dengan demikian ia berharap nantinya produk Si Gelis terus digemari masyarakat karena desainnya yang unik dan cantik.
Nama Si Gelis sendiri, menurut Desta, diambil dari bahasa Sunda yang berarti cantik.
“Kami ingin mengangkat konsep go green dan ikut mendukung kebijakan pemerintah dalam mengurangi penggunaan kantong plastik. Selain itu dalam ecobag ini, kami membuat inovasi dengan desain secara bolak-balik sehingga kedua sisinya dapat digunakan dalam kondisi yang berbeda karena motif yang digunakan sengaja didesain berbeda,” kata Desta dalam siaran pers yang diterima TribunnewsBogor.com
Menurut Desta, tujuan utama dari pembuatan ecobag Si Gelis adalah agar minat masyarakat dalam penggunaan ecobag semakin meningkat.
Mahasiswa dari Departemen Agribisnis tersebut membuat produk yang mereka namakan Si Gelis atau Ecobag Batik Stylish.
Mereka adalah Desta Elpina, Alfia Suryani, Miftah Rizky Islamoriza, Rinto Hoiruddin, dan Arief Wardana Herlambang.
Berawal dari keinginan mengurangi penggunaan kantong plastik, lima orang mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan tas ramah lingkungan atau ecobag dengan desain yang sangat unik.
Bioplastik Ramah Lingkungan Pengganti Plastik | goody bag jakarta
”Dengan hadirnya bioplastik ‘Mbah Kilat’ ini kami berharap dapat menjadi alternatif plastik pengganti plastik komersial yang aman digunakan, mudah terurai, dan dapat digunakan sebagai solusi mengoptimalisasi pemanfataan limbah,” kata Nurlaili.
Sedangkan pada limbah kulit udang mengandung kitin yang bisa ditransformasi menjadi kitosan sebagai penguat karakter polimer plastik. Untuk menambah karakteristik plastik, maka ditambahkan zat pemlastis atau plastisizer sorbitol.
Pada biji alpukat itu terdapat banyak kandungan pati yang bisa dijadikan komponen plastik, sehingga plastik mudah didegradasi oleh mikroorganisme.
Bioplastik hasil sintesis ini dinamai bioplastik “Mbah Kilat” (limbah kulit udang dan biji alpukat). Jadi, bioplastik “Mbah Kilat” ini dibuat dari bahan dasar kitosan kulit udang dan pati (tepung) limbah biji alpukat.
Ditambahkan oleh Nurlailiatul, penelitian ini menekankan pada penggunaan limbah yang pemanfaatannya kurang maksimal, antara lain limbah biji alpukat dan limbah kulit udang untuk dibuat sebagai bioplastik ramah lingkungan dan aman untuk digunakan.
Hasil penelitian yang menarik ini kemudian dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE). Setelah melalui seleksi Dikti, penelitian ini lolos untuk mendapatkan dana penelitian dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.
Namun kebanyakan bahan baku plastik biodegradable itu masih menggunakan sumber daya alam yang tidak diperbaharui (non-renewable resources) dan tidak hemat energi.
Kemudian, dewasa ini telah ditemukan beberapa macam plastik biodegradable. Antara lain, polihidroksi alkanoat (PHA), poli e-kaprolakton (PCL), poli butilen suksinat (PBS) dan poli asam laktat (PLA).
’’Inilah ancaman terhadap lingkungan hidup, sebab plastik merupakan material yang sulit dihancurkan oleh organisme. Untuk bisa lebur dan terurai dalam tanah, sampah plastik butuh waktu antara 200 sampai 1.000 tahun,’’ papar Nurlailiatul Machmudah.
Hingga Environment Protection Body, sebuah lembaga lingkungan hidup di Amerika Serikat mencatat, setiap tahun sekitar 500 miliar sampai satu triliun tas plastik digunakan di seluruh dunia.
Inovasi tersebut dilakukan oleh lima mahasiswa Unair. Yaitu Nurlailiatul Machmudah, Fitria Pebriani, Adi Rachmadji, Tri Susanti, dan Dimas Noor Asyari. Pilihan mereka melakukan penelitian ini, karena penggunaan perkakas yang terbuat dari plastik, terutama tas, sudah semakin menggila.
( Baca : Sampah yang Membawa Berkah di Tangan Bu Haji )
Penerapan Cukai Plastik Tunggu Konsultasi DPR | goody bag jakarta
"Misalnya cukainya 5% dulu, baru selanjutnya 10%. Itu hanya angka contoh saja. Kemudian cukai di luar IHT (industri hasil tembakau) itu sangat kecil, hanya 5% dari total penerimaan cukai. Di satu sisi, perlu ada pengendalian pada minuman alkohol," ujar Enny.
Menurut dia, untuk tahap awal, pemerintah bisa mengenakan cukai dengan tarif rendah pada kantong plastik. Baru kemudian dinaikkan secara bertahap untuk mengendalikan peredarannya. Selain itu, perlu dilakukan pengelompokan pada kantong plastik yang akan dikenakan cukai. Selain itu, sambungnya, kenaikan tarif cukai perlu dilakukan pada minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA).
"Cukai pada kantong plastik, bukan cukai plastik. Cukai ini bukan maknanya hanya sebagai sumber penerimaan negara, tapi sebagai pengendalian yang paling utama. Soal berapa itu saya lupa persisnya, kita pernah buat kajian kalau misalnya 5% dampaknya bagaimana ke harga produk, ke daya beli, dan sebagainya, kalau 10% bagaimana. Ada hitungan asumsinya, saya lupa," jelas Enny.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, mengatakan pengenaan pada cukai plastik sudah perlu mulai diterapkan. Pengenaan cukai plastik, selain untuk pengendalian lingkungan, juga sebagai tambahan penerimaan negara untuk menutup defisit yang tak bisa dikejar dari pajak.
Ia juga menegaskan bahwa pengenaan tarif cukai plastik ke industri hulu ini tidak akan melebihi tarif penggunaan plastik yang pernah dikenakan sektor retail kepada konsumen yaitu Rp200 per plastik. "Tarif finalnya mesti dikonsultasikan ke beberapa pihak. Akan tetapi, yang jelas kalkulasinya tidak akan lebih tinggi daripada yang sudah diterapkan ke sektor retail," kata Heru.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan bahwa penerapan tarif cukai plastik tidak akan memberatkan pelaku usaha dan akan mendorong pemanfaatan produk yang lebih ramah lingkungan. "Tujuannya untuk pengendalian dan mengurangi kerusakan lingkungan dari tas plastik. Nanti pasti dibedakan pengenaan tarif ke industri ramah lingkungan dengan tidak ramah lingkungan," katanya.
Selain penerapan tarif cukai kepada plastik, Suahasil mengatakan bahwa kenaikan tarif cukai untuk hasil tembakau maupun minuman mengandung ethil alkohol pada tahun 2018 juga sedang menunggu hasil kajian. "Biasanya kami bicarakan di akhir tahun. Kami kaji terlebih dahulu terhadap kondisi dan struktur industrinya supaya nanti bisa kami cari tingkat tarif yang pas melihat industri dan target penerimaan cukai," ujarnya.
Suahasil menjelaskan tujuan dari penerapan tarif cukai plastik adalah untuk mengurangi penggunaan komoditas ini agar tidak lagi mengganggu kelestarian lingkungan.
"Plastik sulit didegradasikan secara alamiah, tidak seperti kulit pisang yang bisa terdegradasi sendiri. Maka, disarankan plastik tidak terlalu banyak dikonsumsi," katanya. Suahasil menambahkan bahwa penerimaan cukai dari plastik telah masuk dalam target pendapatan dari sektor kepabeanan dan cukai dalam RAPBN 2018 sebesar Rp194,1 triliun.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan penerapan tarif cukai plastik pada tahun mendatang masih menunggu konsultasi dengan DPR RI. "Kami akan konsultasi dengan DPR, semoga masa sidang ke depan bisa kami bahas," kata Suahasil di Jakarta, Jumat (18/8).
Comments