YANG PERLU KAMU TAHU TENTANG KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR
- ratna tia
- Aug 22, 2017
- 7 min read
Hari Peduli Sampah Nasional | goody bag eksklusif

Lewat kebijakan kantong plastik berbayar seperti ini, KLHK memasang target sampah plastik bisa berkurang 1,9 juta ton hingga tahun 2019. Well, semoga target tersebut bisa tercapai ya, demi Indonesia yang lebih asri.
Oh iya, selama masa sosialisasi ini juga, kebijakan kantong plastik berbayar baru akan diberlakukan di 17 kota besar di Indonesia. Kota-kota tersebut antara lain Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Ambon, dan Papua. Kota-kota lain barangkali akan segera menyusul setelah KLHK mengeluarkan peraturan resminya.
Selepas bulan Juni, para pemilik ritel bebas menentukan harga kantong plastiknya sendiri. Sangat besar kemungkinan harganya akan melebihi dua ratus perak tadi. Jadi jangan heran kalau sewaktu kamu belanja, kamu kena biaya tambahan yang lumayan besar gara-gara kasir memasukkan belanjaanmu ke kantong-kantong plastik terpisah.
Ah cuma dua ratus perak. Kedengarannya tidak terlalu memberatkan. Jangan terlalu senang dulu. Biaya tambahan seperti itu hanya berlaku sampai bulan Juni 2016. Kurun waktu Februari sampai Juni 2016 ini dicanangkan oleh KLHK sebagai masa uji coba dan sosialisasi. Selain itu, KLHK sendiri masih menggodok Peraturan Menteri sebagai dasar hukum spesifik kebijakan kantong plastik berbayar ini.
Nantinya setiap kali kamu berbelanja di ritel modern seperti minimarket atau supermarket, kamu akan dikenai biaya tambahan atas setiap plastik yang kamu terima. Para pengusaha ritel sudah menyepakati biaya tambahannya sebesar Rp 200 per plastik.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kemudian berencana menerapkan satu kebijakan yang kelihatannya akan membebani kita. Mulai tanggal 21 Februari 2016, bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional, KLHK akan menerapkan aturan kantong plastik berbayar.
Malahan Indonesia sudah jadi juara lho soal pencemaran lingkungan. Juara dua sih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna Jambeck, ahli lingkungan asal University of Georgia, negara kita ini berada pada urutan kedua penyumbang terbanyak sampah plastik yang hanyut ke laut. Negara Tiongkok masih ada di atas kita.
Bayangkan jika dalam satu hari kita mendapat dua sampai tiga kantong plastik, kalikan dengan waktu satu tahun, lalu kalikan lagi dengan jumlah penghuni bumi atau penduduk Indonesia deh. Pasti angkanya akan besar sekali. Semakin banyak plastik yang terakumulasi, semakin meningkat pula pencemaran lingkungan.
Sayangnya kantong plastik yang kita gunakan sehari-hari ini terbuat dari bahan polimer sintetik yang tidak biodegradable. Satu kantong plastik mungkin baru benar-benar hancur dalam masa dua puluh sampai tiga puluh tahun lagi.
Keberadaan kantong plastik memang sangat memudahkan kita membawa barang belanjaan. Andai tidak ada kantong plastik, pasti kita harus berakrobat membawa sekian banyak barang. Padahal kemampuan tangan dan tubuh manusia mengangkut barang kan terbatas.
Hal-hal gratis yang diberikan alam seperti seperti oksigen dan sinar matahari merupakan gratisan terbaik yang bisa manusia peroleh. Di sisi lain, ada juga barang gratis yang semakin lama justru membuat kehidupan manusia semakin buruk. Kalau tidak hari ini, mungkin dua puluh atau tiga puluh tahun ke depan. Misalnya seperti kantong
Pengelola Mall Protes Surat Edaran Larangan Kantong Plastik Jokowi | goody bag eksklusif
Contohnya, lanjut Suhardianto, produsen menyediakan kantong yang ramah lingkungan dengan harga yang murah ke para pedagang. Selain itu, seharusnya produsen makanan yang mendistribusikan produknya ke pasar ikut bertanggung jawab mengurus limbahnya. “Produsen itu punya kewajiban mengurusi limbahnya juga,” ujarnya.
“Tapi masih dalam tahap wajar, karena para pedagang plastik nantinya tentu akan menyesuaikan salah satu barang dagangannya itu (kantong kresek) sesuai dengan instruksi pemda,” ungkapnya.
Terkait hal ini, Ketua Pusat Pengkajian Persampahan Indonesia (P3I), Sodiq Suhardianto menyarankan, jika nantinya kebijakan kantong ramah lingkungan menyasar seluruh mall hingga ke pasar tradisional, sebaiknya diikuti dengan langkah subsidi silang.
Selain melakukan sosialisasi kepada para pedagang, secara pribadi ia memang menyarankan, jika memang program diet kantong plastik menyasar pasar tradisional, diperlukan juga sosialisasi kepada para pengunjung. Caranya, mirip dengan sosialisasi kepada para pedagang.
Disinggung mengenai polemik mengenai apakah pendapatan para pedagang plastik yang selama ini menjual kantong kresek akan terganggu, menurutnya, hal tersebut mungkin saja akan terjadi.
Royani menilai, langkah Pemda agar pusat belanja menggunakan tas belanja ramah lingkungan pengganti plastik adalah cara yang bagus untuk menjaga lingkungan. Jika diberi imbauan, pihaknya akan mensosialisasikan gerakan tersebut. Antara lain melalui dialog bersama, pemasangan spanduk, sosialisasi door to door hingga selebaran pemberitahuan.
Tapi sejauh ini kami belum terima instruksi ataupun imbauan tentang gerakan diet kantong plastik. Jadi hingga kini para pedagang masih menggunakan kantong kresek yang biasa dipakai,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Manager Area PD Pasar Jaya Pasar Minggu Royani mengaku siap mensosialisasikan penggunaan tas belanja ramah lingkungan di Pasar Minggu, jika Pemprov DKI memberikan himbauan diet kantong plastik seperti di mall.
Rencananya, jika program ujicoba ini berhasil, pemprov berencana melanjuti Surat Gubernur (SG) dengan mengeluarkan instruksi gubernur, sebagai payung hukum yang mengatur pergantian plastik dengan tas belanja ramah lingkungan di pusat perbelanjaan di Jakarta.
Jokowi menyatakan, Pemprov DKI ingin masyarakat sadar dengan kelestarian lingkungan. Salah satunya menggunakan bahan-bahan yang dapat dapat dipakai berulang kali atau bahan yang mudah terurai (ramah lingkungan).
Seruan pemilihan pasar modern seperti mall sebagai pilot project, menurut Jokowi, lantaran pengelolannya yang dinilai lebih mudah. Jadi bukanlah tidak tepat sasaran “Dari yang lebih mudah pengelolaannya dulu. Ya di mall dulu,” lanjutnya.
Menanggapi hal ini, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) mengisyaratkan, ke depannya tak hanya mall, penggunaan tas belanja yang ramah lingkungan juga akan menyasar pasar tradisional.
“Nanti di tempat lain, setelah yang ini (pasar modern) direspons positif oleh pengelola,” ujar Jokowi.
“Teknik sosialisasi yang baik kepada para pedagang pasar tradisional adalah tahap demi tahap, bukan secara tiba-tiba. Jika sosialisasi tersebut dilakukan, saya yakin, para pedagang di pasar-pasar tradisional akan menyambut baik ide ini,” kata Ngadiran.
Menurut Ngadiran, penggunaan kantong plastik paling banyak terjadi di pasar tradisional. Untuk itu, dia meminta pihak Pemprov agar dapat mensosialisasikan penggunaan tas ataupun kantong daur ulang yang ramah lingkungan ke para pedagang pasar tradisional.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pedagang Pasar se-Indonesia Ngadiran menilai, kebijakan penggunakan tas ramah lingkungan pengganti kantong plastik merupakan program yang sangat baik.
Dalam sosialisasi penggunaan tas ramah lingkungan pengganti kantong plastik, menurutnya, pihak Pemprov DKI sebaiknya juga dapat berdialog dengan para pedagang. Sebab, gerakan diet kantong plastik jika memang diseriusi tentu akan berdampak baik pada lingkungan hidup.
“(Tapi) sejauh ini belum. Harusnya ketemu dengan pedagang-pedagang ataupun pengelola mall,” saran Handaka.
Bagi orang yang membeli bawang di pasar, lanjut Handaka, plastik yang digunakan langsung dibuang. Sementara orang yang berbelanja di mall, akan memiliki kantong yang bisa dipakai lagi.
“Kenapa hanya kami? Padahal yang perlu dididik itu sebenarnya pasar-pasar tradisional, (penerapan) tas-tas daur ulang (di pasar tradisional) sudah dilakukan apa belum? Ini perlu kampanye yang harus melibatkan seluruh pasar,” ujar Handaka.
CEO Kuningan City Handaka Santosa menyatakan mendukung gerakan diet kantong plastik yang diserukan Pemprov DKI. Namun, menurutnya, alangkah lebih baik lagi jika tak hanya mall yang diminta menerapkannya.
Besarnya peredaran kantong plastik kresek di pasar tradisional ini, dipertanyakan oleh pengelola pasar modern. Pasalnya, SG DKI Nomor 6 Tahun 2013 tentang gerakan diet kantong plastik, yang isinya melarang pusat perbelanjaan memberi kantong plastik kepada konsumen dan menggantinya dengan tas ramah lingkungan terhitung mulai 1 Juni hingga 30 Juni, ternyata hanya menyasar pasar modern.
Keunggulan kantong plastik kresek, kata Asri, dapat membawa barang belanjaan yang mengandung air seperti tahu atau ikan basah. Adapun tas belanja dari anyaman hanya ia bawa untuk membeli belanjaan dalam jumlah besar.
“Nggak usah bawa kantong kresek. Pasti dapat dari pedagang kalau kita beli-beli,” ujarnya.
Seorang pengunjung disana, Asri, mengaku tak perlu repot membawa kantong plastik kresek dari rumah jika ke Pasar Minggu.
Jenis pasar yang paling banyak menjadi tempat beredarnya kantong plastik kresek adalah pasar tradisional, contohnya di Pasar Minggu.
Siapa yang tak kenal dengan kantong plastik kresek. Wadah belanja berbahan plastik ini banyak dijual di pasar. Bahkan didapatkan gratis jika membeli sesuatu.
Pengelola pasar modern mempertanyakan Seruan Gubernur (SG) DKI Jakarta tentang gerakan diet kantong plastik. Soalnya, seruan tersebut ternyata tak menyasar pasar tradisional.
BaGoes, Tas Lipat Pakai Ulang Nan Ramah Lingkungan | goody bag eksklusif
“Kami percaya bahwa lingkungan adalah milik bersama dan adalah kewajiban bagi setiap orang untuk turut menjaga lingkungannya. Aksi nyata dimulai dari diri sendiri, ujar Sano yang menjadi nominasi Wirausaha Muda Mandiri kategori Alumni bidang Kreatif.
Untuk rencana ke depannya, Sano mengatakan ingin mendistribusikan tas lipat personal baGoes ini ke sebanyak-banyaknya, penduduk Indonesia khususnya supaya dapat berbelanja dengan bijak menggunakan tas belanja sendiri, yaitu baGoes.
Produk baGoes ditawarkan dari harga Rp 15.000 hingga Rp 150.000 ribu tergantung jenis bahan dan ukuran tas lipat tersebut.
Hingga saat ini produk baGoes sudah terdistribusi sampai 9 kota besar di Indonesia. Untuk pasar luar negeri, belum terdistribusi secara merata dan komersil, masih dalam tahap pemetaan pasar dengan bantuan jejaring yang ada di Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Malaysia, Korea, Taiwan, dan China.
“Konsep dan produk kami yang umumnya merupakan mitigasi atau pencegahan permasalahan lingkungan, jadi masih tersegmentasi di kalangan orang-orang tertentu seperti kalangan menengah ke atas dan terdidik, ujar lulusan Institut Teknologi Bandung ini.
Greeneration Indonesia melalui produk baGoes telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Dari pemerintah, swasta, komunitas, organisasi, hingga masyarakat sebagai reseller, yang kebanyakan masih dalam tahap pemetaan pasar.
Lebih lanjut Sano menjelaskan, dengan konsep harus meriset dari hulu hingga hilir proses produksi yang ramah lingkungan, sehingga isu lingkungan yang telah diusung bukan hanya sebagai iklan atau trend produk belaka.
“Dari hasil riset, kami jamin 1000 kali pemakaian saat belanja, yang bisa dikatakan dapat mengurangi 1000 kali kantong plastik apabila biasanya konsumen berbelanja dengan kantong plastik,” kata Sano mantap.
Produk baGoes tidak menggunakan bahan daur ulang karena kurang tahan lama dan akan cepat menjadi sampah, oleh karena itu, bahan yang digunakan memang produksi baru dan lebih tahan lama.
Untuk bahan baku baGoes sendiri telah mengalami riset sedemikian rupa hingga terpilih bahan baru jenis kain batik, spunbound, polyester, dan nylon dari industri dalam negeri yang telah mempunyai sistemasi produksi ramah lingkungan.
Produk baGoes adalah produk yang dirancang sebagai solusi gaya hidup ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik yang berbahaya bagi lingkungan.
Bag-goes yaitu tas yang dapat dimobillisasi, dan dalam arti bahasa dapat bermakna positif atau bagus,” kata pria yang akrab dipanggil Sano ini.
President Director dari Greeneration Indonesia, Muhamad Bijaksana Junerosano, mengatakan, produk pertama yang dikembangkan adalah tas lipat pakai ulang, dengan nama merk ‘baGoes’.
Berawal dari komunitas peduli lingkungan, Greeneration Indonesia (GI) melakukan perjuangan lingkungan yang berkelanjutan melalui model usaha yang mandiri dengan platform wirausaha sebagai metode yang tepat dalam menjalankan visi dan misi sosialnya.
Saat berbelanja seringkali barang-barang yang Anda beli dibungkus menggunakan plastik untuk memudahkan membawanya. Padahal sampah plastik susah terurai dan tidak ramah lingkungan.
Comments