Tenteng Tas Ramah Lingkungan, Daniel Mananta Pose Centil
- ratna tia
- Aug 11, 2017
- 5 min read
Olivia menampilkan usaha tas ramah lingkungan | goodie bag eksklusif

Dari ketiganya, tampaknya pemilik brand Damn! I Love Indonesia ini adalah satu-satunya yang paling cocok menenteng tas tersebut.
Usai acara, bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Marie Elke Pangestu, Olivia dan Daniel Mananta menyempatkan diri berfoto sambil membawa tas tersebut.
Pada kesempatan preskon gelaran tersebut di Epicentrum Walk, Jakarta, Senin (19/11) lalu, Olivia sempat memamerkan produknya yang bakal dibawa go internasional. Ia juga sempat mempresentasikan tentang produknya itu.
Olivia menampilkan usaha tas ramah lingkungan. "Ini tas go green, recycle. Jadi ini yang ngerjain juga anak sekolahan di kampung. Bisa saja nantinya kita kerja sama. Tahun depan akan kolaborasi dengan confidential banget," ujarnya.
Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012 yang akan berlangsung pada 21-25 November 2012 di Epicentrum Walk, Kuningan, bakal diramaikan oleh beberapa produk kreatif dari selebritis muda seperti Olivia Zalianty dan Daniel Mananta.
KANTONG PLASTIK, BAWA TAS SENDIRI ATAU GUNAKAN PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN | goodie bag eksklusif
Nah pada akhirnya gimana pandangan kita terhadap keadaan tersebut ? ya menurut saya dengan penggunaan plastik di dunia yang dirata-ratakan mencapai 1.460 plastik per tahun, dimana hanya kurang dari 1 persen plastik dapat hancur. Sedangkan untuk dapat hancur dibutuhkan waktu sekitar ratusan bahkan ribuan tahun. Ketimbang bumi ini tercemar oleh sampah plastik konvensional biasa yang sulit terurai tersebut serta menambah kapasitas di Tempat Pembuangan Akhir Sampah, alangkah bagusnya jika penggunaan plastik non-degradable beralih ke jenis plastik yang mudah urai/hancur ini.
Penggunaan teknologi ini masih terdapat pro dan kontra, disatu sisi oxo-degradable mampu mempercepat penguraian, namun di sisi lain bisa menimbulkan potensi bahaya yang baru. Terlepas dari dampak positif dan negatif, tujuan utama penggunaan plastik oxo-degradable adalah mengurangi pemakaian plastik.
Plastik Oxo¬-degradable mengandung unsur seperti: logam kobalt, mangan, atau besi sebagai komponen zat aditif yang membantu proses agar plastik lebih cepat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dengan bantuan panas atau cahaya, yang kemudian terurai oleh mikroba. Penggunaan logam ini secara terus menerus berpotensi menimbulkan efek negatif tertentu di lingkungan pembuangan. Akumulasi monomer plastik juga berpotensi merusak populasi hewan karena mempunyai kemungkinan temakan oleh invertebrata, serangga, ikan, burung, dan hewan lainnya.
Namun, plastik dengan teknologi ini memerlukan kondisi tertentu (pemicu) agar penguraian dapat terjadi dengan lancar. Prosesnya dipicu oleh kondisi umum di lingkungan pembuangan, seperti: pasnas (suhu tinggi seperti yang ditemukan ditempat pembuangan sampah atau kompos, sinar UV (dari matahari) dan stres mekanik (misalnya angin atau pemadatan di TPA) yang berfungsi untuk mempercepat oksidasi dari bahan Oxodegradable
Zat aditif pada teknologi Oxo-degradable jg mengandung antioksidan yang mencegah degradasi oksidatif selama penyimpanan dan penggunaan produk plastik. Antioksidan berfungsi menonaktifkan radikal bebas yang menyebabkan degradasi dan secara rutin digunakan dalam plastik dan lain hidrokarbon (misalnya untuk minyak goreng). Artinya, kita gak perlu khawatir kalau tiba-tiba plastik Oxodegradable yang masih kita gunakan dan disimpan di lemari tiba-tiba menjadi hancur atau rusak, yang dikarenakan zat antioksidan tersebut.
Perlu dipahami bahwa fungsi dari teknologi ini hanyalah sebatas memecahkan menghancurkan bentuk plastik, bukan menguraikan secara penuh. Bentuk plastik akan mudah terpecah menjadi potongan berukuran mikroskopik (bobot molekul kurang dari 40,000). Dengan mendapat bantuan dalam proses penghancuran, maka siklus degradasi bisa dipercepat. Namun polimer plastik yang telah hancur dan membentuk serpihan tak kasat mata masih mempunyai potensi untuk menjadi racun.
Senyawa ini bertindak sebagai katalis dalam mempercepat reaksi normal degradasi oksidatif dengan meningkatkan laju reaksi keseluruhan beberala kali lipat.Dengan kata lain, ada tambahan zat tertentu yang akan menyebabkan proses penguraian menjadi lebih cepat dibandingkan dengan plastik biasa.
Sayangnya, plastik yang terbuat dari pati jagung ini memiliki proses pembuatan yang sangat mahal. Hal ini yang mungkin menjadi cukup sulit untuk menggeser plastik biasa di pasaran.penamkabahan zat aditif yang mengandung senyawa asam lemak (fatty acid) dari logam transisi yang spesifik sebagai unsur utama aktif.
Plastik bidegradable atau yang kita kenal dengan plastik ramah lingkungan sudah sangat banyak diproduksi dan dipakai dalam mengemas barang-barang penjualan mulai dari supermarket, toko bangunan, sampai toko buku. Biodegradble, berarti dapat diuraikan oleh mikroorganisme di alam.
Hal yang membedakan plastik biodegradable dengan plastik pada umumya adalah komposisi penyusun plastik tersebut. Jika pada umumbya bahan plastik adalah polymer (polymer adalah rangkaian karbon yang sangat panjang dan sulit untuk diuraikan), plastik biodegradable adalah bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan . Salah satu material yang paling sering digunakan untuk plastik biodegradable adalah pati jagung. Plastik yang berasal dari pati jagung tentu saja dapat terurai secara di alam karena plastik ini dibuat dari bahan alami.
Hal itu merupakan dampak negatif yang cukup mengkhawatirkan, yaitu terakumulasinya serpihan-serpihan hasil penghancuran plastik, yang masih mempunyai potensi bahaya lingkungan, terutama jika tersuspensi di dalam udara atau air disekitar kita. Pelu diketahui juga bahwa monomer plastik bisa memicu kanker (karsinogen), misalnya vinil klorida, stiren, dan acrylon.
Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia 220 juta jiwa, maka sampah plastik yang dihasilkan mencapai 26.500 ton per hari. Tidak bisa dibayangkan berapa besar jika sampah sebanyak itu ditumpuk di suatu tempat, dan itu dalam waktu sehari. Permasalahan yang terjadi selanjutnya adalah dampak pencemaran yang harus diterima bumi ini akibat komponen penyusun polimer plastik yang sukar didaur ulang secara alami.
Sampah plastik dapat berahan hingga ratusan tahun. Menurut catatan Kementrian Lingkungan Hidup, seseorang setiap harinya menghasilkan sampah sebesar 0,8 kg, dan 15% dianaranya adalah sampah plastik.
Tas “Pintar” yang Ramah Lingkungan | goodie bag eksklusif
Meskipun Puma belum meraih predikat sebagai The World’s Most Sustainable Companies, namun kita tidak dapat mengelak bahwa “Clever Little Bag” merupakan sebuah langkah maju dari Puma dalam upayanya merespon kondisi lingkungan saat ini khususnya di bidang ritel. Tujuan akhir Puma pada akhirnya adalah untuk memberikan kembali kepada lingkungan apa yang telah mereka ambil.
Kemasan sepatu Puma yang baru ini sebenarnya merupakan lanjutan dari suksesi pelaksanaan standar sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh Puma dan dikenal dengan nama program Puma.Safe.
“Clever Little Bag” sendiri pada akhirnya terpilih sebagai desain terbaik untuk kategori Sustainable pada ajang Conde Nast Traveller 2011 Innovation and Design Awards di St Pancras Renaissance Marriott Hotel, London Inggris. Sementara desainernya, Yves Behar mendapatkan penghargaan “Designer of The Year” atas kontribusinya dalam proyek “Clever Little Bag” ini.
“Clever Little Bag” sebenarnya merupakan revolusi dari kemasan sepatu Puma sebelumnya yang dikenal dengan nama “Red Shoebox”, yaitu kemasan sepatu konvensional dimana menggunakan bahan karton dus/kertas secara mayoritas. Kemasan terdahulu ini tentu saja membutuhkan sumber energi yang besar, baik pada bahan baku (karton dus/kertas yang notabene berasal dari kayu), proses produksi maupun distribusi. Selain itu, kemasan dalam format box (kotak) cenderung memiliki umur pakai yang pendek karena box jarang dimanfaatkan setelah sepatu digunakan.
Sedangkan kemasan dengan format bag seperti “Clever Little Bag” memiliki umur pakai yang lebih panjang karena dapat digunakan pada kebutuhan lain seperti kemasan membawa buah, kertas, alat-alat olahraga dan sebagainya. Selain itu, dengan format bag, tak diperlukan lagi kemasan plastik di toko sebagai pembungkus saat sepatu dibawa. Sungguh sebuah jawaban “pintar” atas permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini.
Dalam proses perancangan kemasan ini, Puma menggandeng Yves Behar, seorang desainer dari studio Fuse Project, San Fransisco untuk memikirkan kembali cara jutaan pasang sepatu yang dijual setiap tahun dikemas dengan bahan baku dan energi untuk produksi yang lebih sedikit dan memiliki bobot lebih ringan agar mereduksi energy saat distribusi. Proses perancangan “Clever Little Bag” menghabiskan waktu 21 (dua puluh satu) bulan yang didalamnya termasuk proses pengujian, penelitian dan penilaian siklus hidup dari lebih 2.000 ide dan kemungkinan desain dan ditambah 40 prototipe desain kemasan.
Puma, sebuah sportlifestyle brand ternama dunia baru-baru ini me-launching sebuah desain kemasan untuk produk-produk sepatunya dengan merespon secara “pintar” kondisi lingkungan saat ini dimana terjadi pemanasan alam, krisis sumber daya alam dan energi dengan menganut pada prinsip sustainable design (desain yang berkelanjutan). Desain kemasan untuk sepatu ini kemudian diberi nama “Clever Little Bag”.
Kemasan, dalam berbagai jenisnya merupakan salah satu elemen penting dalam produk. Selain berfungsi sebagai pengemas (bungkus), kemasan juga merupakan suatu identitas dari produk yang dikemasnya dan memiliki dampak pada nilai citra, ekonomi dan juga lingkungan.
Comments