top of page

Earth Hour Malang dan Komunitas Parimaya Razia Kantong Plastik di Mall

  • Writer: ratna tia
    ratna tia
  • Jul 11, 2017
  • 7 min read

Razia kantong plastik di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Malang | spunbond printing

Sebelumnya, Pemkot Malang telah meluncurkan kebijakan kantong plastik berbayar yang ditandai adanya MoU (Memorandum of Understanding) dengan Majelis Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan, dan paguyuban pasar tradisional.


Kebijakan tersebut merupakan bentuk dukungan menuju “Indonesia bebas sampah 2020” sekaligus berupaya menciptakan lingkungan bersih. “Semoga Kota Malang lebih baik dari 19 kota lainnya dalam diet kantong plastik dan kelestarian lingkungan,” ungkap Wali Kota Malang, HM Anton, beberapa waktu lalu.


Humas Earth Hour Malang Aldike Wandari menyatakan, selain sosialisasi diet kantong plastik, pihaknya juga mengampanyekan kegiatan #BeliYangBaik. Kampanye #BeliYangBaik merupakan kampanye inisiatif dari World Wildlife Fund (WWF) yang bertujuan mengajak para konsumen untuk bijak dalam mengonsumsi hasil olahan alam. “Karena kita adalah apa yang kita beli dan apa yang kita beli adalah apa yang kita dukung,” jelas dia.


Aldike menyatakan aksi #BeliYangBaik kali ini berbeda dengan aksi Earth Hour Malang sebelumnya. Kali ini pihaknya menyasar semua kalangan masyarakat dengan harapan nantinya menjadi konsumen yang baik. “Kami harap masyarakat menjadi konsumen pintar dan diet kantong plastik, sehingga tidak mencemari lingkungan,” katanya.


Untuk menekan penggunaan kantong plastik, KLHK menerbitkan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SE-06/PSLB3-PS/2015, tentang Antisipasi Penerapan Kebijakan Kantong Plastik Berbayar Pada Usaha Retail Modern mulai 21 Februari hingga 5 Juni 2016.


Dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 21 Februari, lalu. Pemerintah memberlakukan kebijakan kantong plastik berbayar dengan pilot project di 20 kota. Di antaranya DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, dan Kota Malang.


“Kami ingin masyarakat Malang memiliki kesadaran akan sampah plastik dengan diet sampah plastik ini sebagai langkah kecil menyelamatkan bumi,” ujarnya.


Menurut Onil, aksi Earth Hour Malang tersebut tidak sekadar merazia dan mengganti tas plastik namun juga mensosialisasikan serta memberi pengetahuan tentang bahaya plastik.


Dalam satu dekade, sesuai perhitungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastik digunakan oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah itu, hampir 95 persen kantong plastik menjadi sampah. Padahal, tanah butuh waktu sangat lama mengurai sampah plastik.


Koordinator Earth Hour Malang, Onil Laseta Islamic, menyatakan bahwa aksi tersebut sebagai bentuk mengurangi penggunaan kantong plastik dan sebagai bagian dari gaya hidup ramah lingkungan.


“Kali ini kami mengadakan aksi tidak di outdoor seperti biasa. Sekarang di pusat perbelanjaan dengan tujuan menyisir pelanggan yang menggunakan tas plastik,” kata Onil, Minggu (13/03/2016).


Earth Hour Malang bersama Komunitas Parimaya menggelar razia kantong plastik di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Malang pada Minggu sore. Razia ini merupakan salah satu aksi untuk menekan penggunaan kantong plastik yang disuarakan Earth Hour Malang.


Dalam razia tersebut, mereka menghampiri satu persatu pengunjung mall yang kedapatan membawa belanjaan dengan bungkus kantong plastik. Lalu, mereka menukar kantong plastik pengunjung tersebut dengan totebag ramah lingkungan. Sedikitnya 1.000 totebag dibagikan kepada pengunjung dan tidak satupun pengunjung yang menolak aksi tersebut.


Enviplast, Inovasi Kantong Ramah Lingkungan | spunbond printing

Kendati Enviplast adalah produk kantong yang ramah lingkungan, tapi penjualannya belum terlalu meluas. Mengapa? Rupanya, kesulitan pemasaran saat ini adalah harga Enviplast terbilang di atas tas kresek atau kantong plastik pada umumnya. Perbandingan harganya bisa selisih 2-2,5 kali kantong plastik biasa. Jadi, perlu waktu untuk sosialisasi dan edukasi pasar lebih luas.


Manfaat produk Enviplast kini banyak digunakan sebagai kantong belanja, kantong pembungkus baju, celemek sekali pakai hingga pembungkus peralatan elektronik, spare parts, dan sebagainya.


Kelebihan Enviplast akan larut dan menjadi lembek jika terkena air. Namun, akan tetap utuh jika terkena minyak panas, bensin maupun sulfat. Tapi, untuk masalah kekuatan menahan kapasitas beban, Enviplast kalah dengan plastik pada umumnya. Walaupun demikian, yang harus diedukasi kepada masyarakat adalah proses produksi dan hasil akhir produk akan menyelamatkan lingkungan dan generasi anak cucu kita. Sebab, Enviplast tidak seperti plastik yang menggunakan bahan dasar minyak bumi.


Sekadar informasi kantong Enviplast memiliki kepadatan 1,25-1,27 g/cm kubik dan Melt Flow Index (ASTM D882) 0,5-5,0 g/10min. Sementara titik lelehnya (Melting Point) berkisar di angka 140-160 derajat Celcius dengan kekuatan renggang mencapai 4-8 MPa.


Berbeda dengan plastik konvensional, Enviplast sangat ramah lingkungan, yang bisa ditunjukkan bila Enviplast ada di dalam air akan melunak dan tenggelam, sehingga memudahkan terdegradasi dan dimakan oleh mikro/makro organisme, serta tidak menyumbat saluran pembuangan air. Enviplast juga tidak menghasilkan gas kimia berbahaya atau residu lelehan bila dibakar.


Enviplast merupakan polimer biodegradable, yang dapat terurai di alam dengan bantuan mikroorganisme dan air. Hasil uraian Enviplast adalah karbondioksida (CO2), air (H2O) dan biomasa. Enviplast juga termasuk bahan compostable, yaitu dapat menjadi kompos di dalam tanah. Hal ini akan menambah kemampuan tanah untuk mengikat air, sehingga meningkatkan daya serap air dari tanah.


Selain oleh mikroorganisme, Enviplast juga dimakan oleh binatang seperti serangga, siput, serta hewan kecil lainnya, baik di darat maupun di air, tanpa menimbulkan akibat buruk seperti efek racun atau bahaya lainnya.


Sebelum Enviplast diluncurkan ke pasar, riset mendalam telah dilakukan. Tahun 2008, Herman yang juga founder perusahaan IALK bersama tim sudah meneliti proses pembuatan Enviplast. Selanjutnya, edukasi pasar dilakukan sembari memperkenalkan Enviplast ke publik. Setidaknya pada ajang olahraga bergengsi di Palembang, yaitu Sea Games ke-26 tahun 2011, kantong Enviplast pertama kali diluncurkan ke masyarakat.


Sejauh ini Enviplast sudah diproduksi lebih dari 300 ton kantong plastik berbahan singkong yang dihasilkan dari perkebunan di Lampung. Yang menarik, dari hasil penelitian tim Enviplast, produk inovatif ini terurai dalam jangka 3-6 bulan di lingkungan alami. Sedangkan sisa uraiannya menjadi kompos yang aman untuk lingkungan plus makhluk hidup.


Apa sih Enviplast? Produk ini adalah terobosan di industri kantong. Enviplast bukan kantong biasa. Pasalnya, bahan pembuatan Enviplast bukan dari plastik, tapi tepung tapioka atau pati. Hingga saat ini, komposisi pati yang terkandung dalam setiap produk Enviplast mencapai angka 40% dan ditargetkan bisa mencapai 60%.


Kehadiran Enviplast tidak hanya sebagai jawaban atas solusi alternatif kantong yang praktis bagi masyarakat, tapi juga mendukung upaya pelestarian alam dan prospeknya cerah untuk memperkuat perekonomian nasional.


“Enviplast adalah sebuah terobosan baru, karena tidak terbuat dari bahan yang berasal dari minyak bumi. Bahan utama Enviplast terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat diperbaharui, seperti tepung singkong (atau pati alami lainnya), turunan minyak nabati dan bahan alami lainnya. Hal ini menjadikan Enviplast ramah lingkungan, aman bagi pertumbuhan tanaman, dan tidak berbahaya bagi hewan-hewan, baik di daratan maupun di dalam air,” ujar Herman Moeliana, Presiden Direktur PT Inter Aneka Lestari Kimia.


Berangkat dari keprihatinan itu, terutama bahaya kerusakan lingkungan, PT Inter Aneka Lestari Kimia (IALK) terinspirasi untuk memproduksi Enviplast. Langkah ini juga didorong oleh kebijakan Perda DKI Jakarta No.3/2013 mengenai pengelolaan sampah. Perda ini mencakup denda Rp 5 – 25 juta bagi pengelola pusat perbelanjaan yang tidak menggunakan kantong belanja ramah lingkungan. Tak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar sampah kantong plastik berasal dari kegiatan jual beli masyarakat. Dengan adanya sanksi ini diharapkan masalah sampah kantong plastik bisa ditekan.


Semua orang pun tahu bahwa di balik kegunaannya, kantong plastik merupakan ancaman bagi kelestarian alam apabila tidak dikelola dengan baik. Kantong plastik merupakan kontributor terbesar sampah plastik penyebab kerusakan kesuburan tanah serta bencana banjir. Beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Italia, India, dan negara lainnya telah memberi perhatian khusus terhadap isu lingkungan ini dan terlebih dahulu menerapkan peraturan-peraturan ketat mengenai penggunaan kantong plastik.


Akhir-akhir ini musibah banjir terjadi di mana-mana. Setiap musim hujan tiba, bencana banjir mengancam. Apalagi di beberapa wilayah Jakarta, tahun 2014 ini banjir terjadi hingga 7 kali. Ironisnya, salah satu penyebab banjir adalah tumpukan sampah. Dan bahan-bahan plastik yang tidak dapat terurai menjadi penyebab sampah menggunung.


Mengacu pada data Yahoo! News, Indonesia tercatat menghasilkan lebih dari 100 miliar kantong plastik setiap tahunnya. Jumlah itu setara dengan 12 juta barel minyak bumi atau senilai Rp 11 triliun. Padahal, sampah kantong plastik menghabiskan waktu hingga ratusan tahun untuk dapat terurai dan membunuh hingga lebih dari 1 juta hewan laut per tahunnya sebagaimana dilaporkan United Nations Environmental Program.

Kampanye #Pay4Plastic, Plastik Berbayar Akan Diterapkan di Circle K | spunbond printing

“Menutup akhir tahun ini, kami mulai gerakan dan kampanyekan kebijakan kantong plastik berbayar atau #Pay4Plastic. Circle K menguji coba namun baru menerapkan secara resmi pada 21 Februari 2016 mendatang. Perlu dua bulan untuk sosialisasinya kepada seluruh masyarakat, terutama generasi muda,” ujar Christian.


Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam setiap pembelanjaan, kantong plastik dihargai Rp 500 yang akan menjadi donasi. Rp 200 akan dikembalikan kepada konsumen bila mengembalikan kantong tersebut dalam ketentuan tertentu. Dengan itu, konsumen diharapkan dapat bijak dalam menggunakan atau berpikir sebelum memakai dan mengumpulkan kantong plastik di tempat yang tepat.


“Selanjutnya, kewajiban produsen mengurangi timbulan sampah produknya dapat segera di uji coba dan diharapkan menjadi riset perilaku dan pintu masuk untuk pengelolaan produk lainnya,” ujarnya.


Dalam acara tersebut, Circle K Indonesia memberikan penghargaan kepada lima komunitas lingkungan di kota Bandung yang selama ini telah aktif mengampanyekan pengurangan penggunaan kantong plastik. Lima komunitas tersebut yaitu Bike To Campus Bandung, Bandung Clean Action, Hilo BDG, Earth Hour Bandung serta AIESEC Bandung.


Christian Natalie, Ketua Greeneration Foundation, mengungkapkan bahwa kampanye #Pay4Plastic akan mulai diterapkan pada tanggal 21 Februari 2016 mendatang atau bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Kegiatan ini dilakukan bersama retail Circle K di seluruh wilayah kota Bandung dan akan berkembang di beberapa kota di Indonesia.


Direktur Persampahan KLHK, Sudirman, mengungkapkan bahwa program gagasan bersama ini menjadi pilot project dalam penerapan pengurangan kantong plastik berbayar di Indonesia. Hal tersebut menjadi upaya awal untuk mengurangi volume sampah plastik yang terbuang ke laut dan sungai.


“Bandung menjadi pilot project kami untuk menerapkan kantong plastik secara berbayar di Indonesia. Kebijakan ini sebelumnya sudah dilakukan oleh beberapa negara di dunia seperti Denmark, Jerman, Irlandia, Taiwan, Hong Kong dan Malaysia,” ujarnya.


Untuk mendukung kampanye ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BPLH KotaBandung dan PT Circleka Utama bekerjasama menerapkan “Kantong Plastik Berbayar” atau #Pay4Plastic pada Minggu (27/12), di Circle K Dayang Sumbi, Dago, Bandung.


Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) R. Sudirman, Direktur Corporate Affair Circle K Gunawan Indro, Koordinator Harian GIDKP Rahyang Nusantara, Founder Greeneration Indonesia Bijaksana Junerosano, Kepala BPLH Kota Bandung Hikmat Ginanjar, dan Duta GIDKP Nadya Mulya membuka secara resmi aksi kampanye ini.


Kantong plastik merupakan benda yang mempermudah kehidupan kita selama ini, namun kita tidak menyadari bahwa kantong plastik hanya digunakan dalam sekejap dan tidak dapat diuraikan oleh alam dalam waktu cepat, sehingga menyebabkan berbagai dampak negatif pada lingkungan.


Berdasarkan penelitian Jenna R. Jambeck, dkk, Indonesia berada pada peringkat kedua “pembuang” sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Meski demikian, di Indonesia telah bermunculan berbagai inisiatif yang menyadari pentingnya mencari solusi untuk mengatasi permasalahan plastik atau kantong plastik secara khusus, salah satunya yaitu Kampanye Diet Kantong Plastik. Kampanye ini kini berkembang menjadi Gerakan Indonesia Diet KantongPlastik (GIDKP).



spunbond printing


 
 
 

コメント


Goodybag BSD

Also Featured In

    Like what you read? Donate now and help me provide fresh news and analysis for my readers   

Donate with PayPal

© 2023 by "This Just In". Proudly created with Wix.com

bottom of page