top of page

Supardi, perajin eceng gondok yang karyanya jadi suvernir Prepcom 3 UN Habitat

  • Writer: ratna tia
    ratna tia
  • Jul 6, 2017
  • 4 min read

Perajin Surabaya meraup miliaran rupiah dari kerajinan eceng gondok yang jadi suvernir | souvenir tas






“Wah kalau tidak dikerjakan jauh-jauh hari pasti nggak keburu mas, soalnya pesanannya buanyak, rumah saya sampai ruko saya full dipenuhi pesanan semua,” terang pria yang memulai usaha kerajinanya sejak 2007 lalu.


Namun saat ditanya berapa omsetnya untuk memenuhi pesanan dari Pemkot Surabaya kali ini, Supardi menjawab dengan malu-malu. Supardi mengaku mendapat order 7.000 item dari Pemkot Surabaya. “Hahaha yah mas coba kalikan aja, kalo per tas harganya Rp. 250.000 lalu kalikan dengan ratusan tas yang sudah saya buat,” katanya.


Supardi mengatakan dia tak kesulitan untuk mencari eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan. “Tidak sulit mas. Saya kan ngambil eceng gondoknya di Waduk Kebraon belakang rumah saya sendiri, nah kalo disana habis bisa cari di tempat lainnya,” celetuknya.


Tas kerajinan yang dihasilkan pun sehari bisa mencapai 30-40 buah tas, dengan tenaga mayoritas 95% ibu-ibu, maka dari itu untuk memenuhi pesanan souvenir delegasi Prepcom 3 for UN Habitat III, dirinya mulai membuat tas sejak agustus 2015.


Dengan dibantu puluhan karyawannya, Supardi memenuhi pesanan tas untuk suvernir delegasi Prepcom 3 for UN Habitat III. Apalagi proses pembuatan satu tas tak bisa secara instan tapi harus memenuhi serangkaian proses-proses yang detail agar tercipta tas yang layak dijual atau yang layak di berikan kepada delegasi Prepcom 3.


“Mencari eceng gondok lalu dikeringkan setelah itu dibuat tasnya, lalu disulam, setelah disulam masuk ke tahap bagian handle, jahit daleman tas, memasang dalaman tas, lalu yang terakhir finishing pakai melamin dan dijemur,” katanya menjabarkan proses pembuatan tas.


Supardi juga menjadi salah satu yang dipercaya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menyediakan suvernir untuk delegasi Prepcom 3 for UN Habitat III yang diadakan di Surabaya. Yaitu berupa tas pinggang pria, tas pinggang wanita.


“Karena ini permintaan Bu Risma sendiri mas, ciri-ciri tas pinggangnya harus ada sulamannya, terus tasnya cukup untuk dimasukin map,” beber pria yang pernah jadi supir rent car itu.


Awalnya dia menekuni bisnis pembuatan souvenir berbahan dasar eceng gondok ini usai istrinya Wiwik Manfaati, mengikuti pelatihan yang diadakan Persatuan Istri Polisi dan ABRI yang diikuti sekitar 30 orang. Dari ketekunan dan keuletan istri dari 30 orang yang ikut pelatihan, hanya istrinya yang berhasil.


Melihat hal itu, Supardi pun berhenti sebagai pekerja serabutan dan ikut menekuni kerajinan olahan eceng gondok bersama istrinya.


Untuk sebagian orang mungkin eceng gondok adalah hama, tapi tidak ditangan Supardi (49), perajin asal Surabaya disulap jadi barang-barang kerajinan yang bernilai jual tinggi, seperti tas pinggang, kursi bahkan dompet. Tak disangka, ketekunannya berbuah order membuat suvernir bagi peserta Prepcom 3 UN Habitat.


Usaha Daur Ulang Sampah Anak Muda Mentawai nan Kreativ | souvenir tas

komunitas Mentawai Creative home sudah berdiri sejak dua tahun silam, dengan jumlah anggota sebanyak 20 orang lebih. Selain membuat kerajinan tangan, komunitas tersebut juga mengadakan berbagai kegiatan untuk pemuda-pemudi mentawai, seperti gerakan gotong-royong bersih pantai, pameran hasil kerajinan daur ulang sampah, dan sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang arti penting menjaga lingkungan.


“Awalnya kami prihatin melihat banyaknya sampah di muaro Siberut. Lalu saya kumpulkan pemuda yang ada, saya berdayakan mereka untuk mengambil sampah-sampah untuk didaur ulang. Hasilnya menjadi souvenir yang bisa kami jual kepada turis, sekaligus membuka lapangan kerja bagi para pemuda Siberut,” kata Riffan Fakhri, pendiri Mentawai Creative Home.


Selain untuk menjadi kelestarian lingkungan dari sampah yang menumpuk, kegiatan ini sekaligus menjadikan lapangan pekerjaan bagi para pemuda Siberut, Mentawai, untuk mendapatkan penghasilan.


Berbagai macam souvenir dibikin antara lain kalung, lampu tidur, tas, gantungan kunci, papan nama, dan lain sebagainya. Ada 20 orang anak muda siberut yang berhasil diberdayakan oleh riffan fakhri menjadi pembuat souvenir.


Dia bersama anak-anak muda di muara Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai, yang tergabung dalam komunitas mentawai creative home, memanfaatkan sampah kayu tersebut untuk didaur ulang menjadi hasil kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. Barang-barang tersebut dijadikan cindera mata dan souvenir buat wisatawan mancanegara yang datang ke pulau Mentawai.


( Baca : Sampah menjadi berkah )


Pantai Muaro Siberut, hari Kamis (15/6) terlihat penuh sampah berserakan. Yang terbanyak adalah sampah-sampah kayu. Namun sampah-sampah kayu tersebut justru menjadi inspirasi bagi seorang pemuda Siberut bernama Riffan Fakhri, 20 tahun, untuk berkarya.


Banyaknya sampah yang menumpuk di Perairan Siberut, Mentawai, Sumatera Barat, menjadi inspirasi tersendiri bagi seorang pemuda Kepulauan Mentawai untuk berkarya. Berkat Kreativitasnya, dia berhasil merubah limbah yang ada menjadi hasil kerajinan tangan yang bernilai ekonomis.

Mengolah Kertas Semen Bekas, Perempuan Ini Bisa Raup Jutaan Rupiah | souvenir tas

Setiap hari Ermien, menghasilkan 10 tas dan dompet. Hasil kerajinannya dijajakan di gerai usaha kecil-menengah milim Pemerintah Kota Surabaya dan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur.

Dari kerja kerasnya ini, ia mendapat keuntungan sekitar Rp 3 juta per bulan.


Ia optimistis usahanya berkembang dengan menambah pekerja dan meluaskan pasar dompet ramah lingkungan ini.


"Sedangkan pengerjaan paling cepat adalam membuat dompet, dengan waktu pengerjaan selama satu hari," tambah dia.


Ermien membanderol produknya seperti tas, dompet, dan barang - barang kerajinan yang menarik dan unik ini, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 175.000.


"Saya membikin kerajinan daur ulang ini, biasanya dibantu dengan dua orang tetangga. Pengerjaan paling lama adalah membuat tas dari bahan daur ulang, dengan waktu pengerjaan selama dua hari," ucapnya.

Proses akhir kertas dilapisi vernis agar terlihat mengkilat.


Untuk memproduksi kerajinan daur ulang kertas semen, Ermien memberdayakan tetangga sekitar rumahnya.


Selanjutnya kertas dijemur hingga kering. Kemudian, kertas disetrika, dipotong, dan dijahit sesuai dengan pola yang diinginkan.


Adapun tahap pengerjaannya, pada awalnya kertas semen dibersihkan, sebagian permukaan kertas diikat sesuai dengan pola. Lantas dicelup dalam bak berisi pewarna tekstil sesuai dengan kebutuhan.


Namun, setelah diberi arahan dan panduan, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuatnya. Dan meskipun sempat gagal berulang kali, namun tidak mematahkan semangat saya untuk mencobanya dan akhirnya berhasil juga," tambah dia.


Ermien menyebutkan, penggunaan kertas semen ini untuk pembuatan tas, dompet, dan kerajinan lainnya masih tergolong jarang.


"Apalagi pemerintah Surabaya kan selama ini mengkampanyekan bebas sampah, jadi klop," ujarnya.


Warga Jalan Semolowaru, Surabaya ini mengaku, inspirasi membuat kerajinan dari kertas semen di dapat ketika ia mengikuti seminar daur ulang di Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur pada 2011 lalu.


"Saat itu saya sempat bertanya-tanya, apa bisa kertas semen dijadikan bahan tas dan sebagaianya. Pasalnya kertas semen tersebut susah untuk dibentuk," ucapnya.


Kantong semen selama ini sering dipandang remeh, orang pun lebih sering membuangnya. Namun bagi Ermien Setyawati, kantong kertas semen ini justru bisa menjadi kerajinan yang menarik.


"Dibuat dompet, tempat handphone, tas, hingga kap lampu," ujarnya seperti dikutip dari Surya, Selasa (13/9/2016).







 
 
 

Comments


Goodybag BSD

Also Featured In

    Like what you read? Donate now and help me provide fresh news and analysis for my readers   

Donate with PayPal

© 2023 by "This Just In". Proudly created with Wix.com

bottom of page