Wagub Djarot Usul Pabrik Kantong Plastik Ditutup
- ratna tia
- Jun 14, 2017
- 6 min read
Djarot Saiful Hidayat mengusulkan dilakukan penutupan pabrik yang memproduksi kantong plastik berbahan kimia tinggi | goody bag jakarta

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak lagi menggunakan kantong plastik berbahan kimia dan beralih menggunakan kantong plastik berbahan ramah lingkungan. Setiap transaksi perdagangan yang menggunakan kantong plastik dikenakan biaya tambahan Rp5.000 per kantong.
"Kalau cuma Rp200 di Jakarta itu terlalu murah. Idealnya Jakarta Rp5.000. Kalau tidak mau bayar kantong plastik, bawa sendiri tas belanja," kata dia.
Uji coba kantong plastik di Jakarta telah dilakukan sejak sebulan lalu dan akan dievaluasi sebagai tindak lanjut untuk membuat regulasi ke dalam peraturan gubernur (Pergub) atau peraturan daerah (Perda).
Sebagai langkah awal, menurutnya pemerintah akan menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar di pasar ritel modern maupun tradisional di Jakarta.
Kebijakan tersebut merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Kementrian Lingkungan Hidup nomor: SE-06/PSLB3-PS/2015 tentang Antisipasi Penerapan Kebijakan Kantong Plastik Berbayar Pada Usaha Retail Modern mulai 21 Februari hingga 5 Juni 2016.
"Ditargetkan 2016 sudah harus terjadi, tapi dengan catatan pabriknya tidak memproduksi lagi. Selama dia tidak berproduksi lagi dia tidak mau rugi dong, pasti dia akan paksa betul. Ini yang mau kami kurangi," ujar Djarot.
"Saya bilang, kami Pemprov DKI tidak bisa bekerja sendiri. Pemerintah pusat harus turun tangan mengumpulkan pabrik-pabrik plastik dan diberi tahu untuk tidak memproduksi lagi tas plastik berbahan berbahaya. Kita harus beralih memproduksi tas yang ramah lingkungan," ujar Djarot ditemui usai menghadiri Deklarasi Indonesia Bebas Sampah 2020 di area Car Free Day, Bundaran HI, Minggu (21/2).
Djarot beralasan, saat ini Jakarta sudah dalam kondisi darurat menghadapi penumpukan sampah berbahan plastik. Dari 7.000 ton sampah yang ada di Jakarta, 11 persen atau 700 ton di antaranya berasal dari sampah plastik.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengusulkan dilakukan penutupan pabrik yang memproduksi kantong plastik berbahan kimia tinggi. Usul ini disampaikan menyusul kesulitan yang dialami pihak pengelola sampah untuk mengurai kantong plastik tersebut.
Djarot mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melayangkan surat kepada Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian untuk segera melakukan kajian terhadap produksi kantong plastik berbahan kimia yang beredar di Jakarta.
Target 5 Tahun, Plastik Diganti Tas Kertas Daur Ulang | goody bag jakarta
Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani dalam sambutannya berharap semangat seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga lingkungan akan terus tumbuh. Dengan partisipasi aktif masyarakat, ia yakin Adipura tidak akan lepas dari Banjarbaru.
Salah seorang pemenang lomba eco office kategori kantor terpisah adalah Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah. Lembaga yang dipimpin Hj Nurliani Dardie ini berhasil menjadi peringkat pertama.
“Tahun lalu kami juara 2, mudah-mudahan tahun depan bisa mempertahankan dan lebih baik lagi,” harapnya.
Sementara itu, peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2016 diperingati dengan meriah. Fahrudin menyampaikan keberhasilan pada akhir tahun ini ada 17 sekolah mendapat adiwiyata nasional. Kemudian pada 2017 ada 3 sekolah masuk nominasi adiwiyata mandiri.
Pada peringatan itu juga diisi dengan penyerahan hadiah eco office kepada kantor pemerintah, swasta dan BUMN serta hotel. “Kedepan kita juga akan menilai kebersihan ritel dan SPBU, agar semakin membudayakan hidup bersih untuk semua kalangan,” paparnya.
Diakui Fahrudin, salah satu alasan utama pihaknya ingin Banjarbaru bebas tas plastik karena tas plastik sangat tidak ramah lingkungan. Tas plastik jika dibuang di TPA baru akan hancur dalam kurun waktu paling cepat 100 tahun.
“Tas plastik ini bisa mempercepat umur TPA, kalau dibakar juga bisa mengeluarkan zat beracun yang merusak ozon,” cetusnya.
Sebelum memulai program, Fahrudin mengaku akan segera menyiapkan payung hukum dan solusi bagi masyarakat. Pihaknya juga ingin mensosialisasikan program ini terlebih dahulu khususnya kepada para pedagang, minimarket, ritel modern hingga pusat perbelanjaan.
Agar masyarakat tak kesulitan, Fahrudin mengaku sudah punya ide. Salah satunya dengan mengganti tas plastik dengan tas berbahan dasar kertas daur ulang.
Fahrudin mengaku terbayang suatu hari pemandangan Banjarbaru pada tahun 1970-an yang bersih, hijau, dan asri bisa kembali dinikmati masyarakat. Untuk mewujudkan itu, ia menilai program bebas tas plastik bisa menjadi salah satu upaya.
“Program ini akan kita mulai tahun depan, targetnya paling tidak 50 persen dulu daerah kita bebaskan dari penggunaan tas plastik,” ucapnya.
Kepala BLH Kota Banjarbaru Fahrudin menyampaikan sejumlah keberhasilan bidang lingkungan hidup pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di kantor BLH, Jalan Trikora, kemarin. Selain memaparkan keberhasilan sejumlah sekolah masuk nominasi adiwiyata mandiri dan nasional, Fahrudin juga menyampaikan tekadnya untuk menghentikan penggunaan tas plastik di Banjarbaru. Targetnya dalam lima tahun ke depan, Banjarbaru bebas tas plastik.
Ronny Lukito, Raja Bisnis Tas dan Pecinta Lingkungan Hidup | goody bag jakarta
"Saya malu melihat perwira saja berpikir untuk penghijauan, sedangkan saya yang pengusaha diam-diam saja. Dari sini saya mulai belajar pembibitan. Saya memulai dari pohon yang sering disebut sebagai pohon Pancasila(Tabebuia rosea) dari Amerika Selatan dan mahoni uganda (Khaya anthoteca) dari Afrika Barat.
Kayu mahoni uganda termasuk kualitas kayu kelas dua di bawah kayu jati," urai Ronny Lukito dengan penuh keseriusan. Untuk mendukung gerakan penghijauan tersebut, Ronny mendirikan Yayasan Gerakan Tanam Indonesia (GTI) tahun 2011.
GTI bertujuan melakukan budi daya bibit pohon dan membagikannya gratis kepada yang memerlukan. Eksistensi GTI melengkapi keberadaan Paguyuban Budiasi (Budi Daya Trembesi) pada 5 Juni 2010. Di samping sudah membibitkan sebanyak 40.000 pohon Pancasila dan mahoni uganda yang banyak tumbuh di Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda Bandung, Ronny Lukito juga melakukan pembibitan di areal kebun seluas lima hektar di kawasan Perumahan Galeria Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Ronny Lukito bekerjasama dengan Doni Monardo melalui Paguyuban Budiasi telah mendistribusikan bibit pohon ke Lampung dan Kalimantan. Bahkan pada tahun 2012, Ronny Lukito tercatat sudah menyalurkan sebanyak 1,5 juta bibit pohon bekerjasama dengan Pangdam Bukit Barisan saat itu (Letjen Lodewijk F Paulus) yang kini menjabat sebagai Komandan Kodiklat TNI AD.
Sejatinya, kecintaan Ronny Lukito kepada pelestarian lingkungan hidup terinspirasi dari rekannya Iwan Irawan (aktivis lingkungan hidup), Brigjen Asrobudi dan Mayjen Doni Monardo (kini Wakil Komandan Pusenif Kodiklat TNI AD dan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden).
Usai krisis moneter, Ronny Lukito segera meninggalkan bisnis properti. Menurutnya, bisnis properti cenderung tidak mengindahkan aspek lingkungan ataupun sisi sosial.
Sehingga Ronny Lukito lebih memfokuskan pada bisnis restoran, resor, serta pelestarian lingkungan hidup melalui gerakan penghijauan.
Namun pecinta lingkungan hidup ini mengaku bersyukur, karena pada tahun 2003, semua beban utang di atas sudah dapat terlunasi. Di samping itu, Ronny Lukito juga juga bernafas lega karena pada masa krisis moneter, perusahaannya sama sekali tidak mem-PHK karyawannya. Malahan dirinya menambah jumlah karyawan yang ada.
"Dalam keadaan sulit, saya bernazar, jika bisnis kami bangkit kembali, saya akan menjalankan green business dalam segala aspek, yakni bisnis yang tidak korup, tidak menggelapkan pajak, membayar gaji karyawan dengan layak, dan menjalankan bisnis yang ramah lingkungan," tandasnya.
"Saya harus menanggung bunga bank tinggi. Aset pabrik Eiger disita. Saya harus menebus utang di Rp 4,5 miliar," kenangnya.
Dari sejumlah sayap perusahaan tersebut, dirinya mampu mempekerjakan sebanyak 4.000 karyawan. Pengalaman pahitnya, justru ketika peraih Penghargaan Upakarti dari Pemerintah RI ini mencoba berbisnis properti. Investasi besar-besaran yang dilakukannya dengan membangun Vila Trinity tahun 1991 dan Perumahan Galeria tahun 1995 di Kabupaten Bandung Barat justru terhantam badai krisis moneter tahun 1998.
Lantas pada tahun 1990 tercetus ide melahirkan merek dagang Eiger, Bodypack, dan Neosack. Usahanya pun cepat meroket. Dalam waktu tak lama, Ronny Lukito mampu mendirikan pusat pabrik Eiger di atas tanah seluas 6.000 meter persegi yang terletak di kawasan Kopo, Kota Bandung.
Dalam sekejab, suami dari Meilina Setiawati ini berhasil membuka Outlive Store di Jalan Setiabudi dan EST Store di Jalan Sumatra Kota Bandung. Langkah berikutnya, ayah dari Jeanne Lukito, Agnes Lukito, Michele Natalie Lukito, dan Angel Natalie Lukito ini melebarkan sayap bisnis pada bidang restoran dan resor, Kampung Daun, Gedong Putih, Origin, dan Dusun Bambu di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Berkat Eiger, Ronny Lukito lebih dikenal sebagai rajanya bisnis tas. Puluhan tahun berkiprah dalam dunia bisnis; bahkan sejak masih kecil, membuat Ronny Lukito benar-benar memahami pahit getirnya menghadapi berbagai tantangan. Di tangan Ronny Lukito, berbagai tantangan dan ancaman itu berhasil dipawangi sehingga justru mendatangkan keuntungan bisnis yang luar biasa. Melacak awal mula Ronny Lukito berbisnis, tahun 1979, memproduksi tas dengan merek Butterfly yang kemudian diubahnya menjadi Exxon. Namun karena berbenturan dengan merek Exxon Oil Amerika Serikat; nama Exxon pun diubahnya kembali menjadi Exsport (Exxon Sporty).
Bagaimanakah sepak terjang dan pandangan Ronny Lukito dalam membangun imperium bisnisnya? Berikut ini redaksi Harian Online Kabar Indonesia (HOKI) akan memaparkannya dengan merujuk pada hasil liputan jurnalistik yang dilakukan oleh Samuel Oktora yang telah termuat pada Rubrik Sosok Harian Umum Kompas edisi Senin, 28 April 2014 halaman 16. Ronny Lukito merupakan anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Lukman Lukito dan Kurniasih. Lulusan Sekolah Tehnik Menengah (STM) di Bandung ini dilahirkan pada 15 Januari 1962 di Kota Kembang (Bandung).
Insting bisnisnya memang tajam sejak kecil. Di bawah kendalinya, usaha toko tas milik ayahnya yang terletak pada rumah kecil di Gang Tamin Bandung sekitar tahun 1953 mampu dikembangkannya hingga menghasilkan produk yang melegenda. Eiger nama produk tersebut.
Dalam jagat bisnis, nama Ronny Lukito tidak bisa dipandang remeh. Majalah Fortune Indonesia pernah menjulukinya sebagai The Golden Boy from Bandung.
Berkat kegigihannya sebagai pendiri perusahaan Blessed & Blessing (B&B) Incorporation telah sukses mengantarkannya meraih berbagai penghargaan kaliber nasional maupun Internasional. Paling tidak ada empat jenis penghargaan yang pernah diraih Ronny Lukito sepanjang karier bisnisnya. Satu, penghargaan Upakarti dari Pemerintah Republik Indonesia tahun 1992 berkat usaha menjalin kemitraan dengan perajin tas.
Penghargaan kedua berupa Sahwali Award tahun 1995 sebagai perusahaan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan hidup. Penghargaan ketiga dan keempat yaitu sebagai Top 250 Original Brand Award untuk merek Exsport dan Eiger (2009-2013), serta Arch of Europe Gold Star Award for Quality tahun 1996 sebagai perusahaan yang berorientasi pada kualitas terbaik.
Comentários