top of page

PHK Malah Jadi Batu Loncatan Bisnis Tas Belanja

  • Writer: ratna tia
    ratna tia
  • Jun 14, 2017
  • 3 min read

Bisnis kerajinan keranjang belanja dari bahan plastik | harga goody bag

Sarkawi menginginkan dukungan pemerintah untuk pengembangan usahanya, seperti alat maupun palatihan pengembangan produk lainnya. Sehingga tak hanya bertujuan untuk komersil saja, namun juga peduli dengan warga di sekitar rumahnya yang membutuhkan pekerjaan, sehingga dengan berkembangnya usaha setidaknya membantu memberikan lapangan kerja di lingkungan sekitar rumahnya.

“Setelah di potong gaji karyawan, bersih mendapatkan Rp5 juta hingga Rp10 juta per bulannya,” ujarnya.

Sarkawi memanfaatkan tali plastik berikut slang plastik sebagai bahan membuat tas. Ia melatih hingga mahir pegawainya agar produksi tasnya tetap bagus dan diterima pasar. Peminat keranjang produksi dia yang umumnya ibu rumah tangga dan pedagang pasar.

“Harga tasnya Rp25 ribu per buah,” ujarnya.

Akhirnya, usaha tersebut berhasil dan produknya dapat di terima pasar bahkan saat ini tas plastik bikinan sarkawi di jual hingga luar kota seperti, Bandung, Padang, Surabaya, Bali dan sejumlah kota lainnya.

Untuk melayani permintaan itu Sarkawi kini merekrut sejumlah pekerja di sekitar lingkungan rumahnya sejumlah 10 orang. Untuk melayani permintaan pasar, Sarkawi mengaku saat ini omzetnya mencapai puluhan juta rupiah dalam sebulan.

Bahkan ia harus menambah pegawainya untuk melayani permintaan pasar yang cukup tinggi. Usaha yang dimulai pada tahun 1990 ini dengan ilmu otodidak itu, awalnya sempat goyah karena kurangnya pengetahuan terkait pemasaran dan penjualan produknya.

Namun Dia tidak berhenti di situ, dirinya tetap tekun menjalani usahanya sambil mencari terobosan baru agar produknya laku di pasaran.

Di-PHK dari perusahaan perkebunan tak membuat warga Jember ini berkecil hati. Ia malah bangkit untuk merintis bisnis kerajinan keranjang belanja dari bahan plastik dan ternyata mampu menembus pasar luar kota bahkan luar pulau.

Sarkawi, 55 tahun, perajin keranjang plastik asal Desa Candijati, Kecamatan Arjasa, Jember ini meski mengaku awalnya cukup kesulitan menjual produknya, namun berbekal keuletan dan berani berinovasi, produknya mampu menembus pasar nasional.

Produk Kerajinan dari Batok Kelapa Ini Diekspor Ke Malaysia Hingga Jamaika | harga goody bag

Dirintis sejak 2002 dengan modal hanya Rp 1 juta, dirinya saat ini sudah memperkerjakan 10 orang karyawan. Meski diakuinya omset masih kecil, namun harga bahan baku batok kelapa yang sangat murah membuat usahanya cukup prospektif. Bahkan suaminya yang bekerja di sawah, kini sudah banting stir ikut membantu mengolah batok kelapa.

"Omzet memang masih kecil sekitar Rp 20 juta sebulan, tapi batok kelapa ini murah sekali. Dulu satu karung isi 50 kg cuma Rp 5.000. Sekarang memang sudah naik Rp 25.000 per karung. Sebulan sekali beli satu truk isi 50 karung," ujar ibu 4 anak ini.

"Kita pasarnya banyak di Yogyakarta, Jawa Tengah dan sampai Banyuwangi. Apalagi pas pameran, banyak yang pesan. Kalau ekspor secara pribadi belum, tapi lewat distributor ke Jamaika. Ke Belanda dan Malaysia juga pernah, tapi beli perorangan saja," jelas Haryanti.

Harga produk kelapanya dijual bervariasi dari mulai paling murah Rp 2.500 untuk gantungan kunci dan kancing, produk tas Rp 300.000, sampai lampu dan miniatur yang dibanderol Rp 400.000-Rp 500.000.

"Awalnya mau manfaatkan batok yang dibuang jadi limbah jadi barang berharga. Kalau bahan baku dari limbah kan nggak banyak modal, kebetulan banyak batok dibuang di dekat rumah," kata Haryanti kepada detikFinance di Pameran Gift Indonesia di Gedung Smesco, Jakarta, Jumat (2/12/2016).

Soal pasar, menurut Haryanti, bahkan sudah menembus Benua Amerika. Seorang distributor barang kesenian tangan di Bali kerap memesan produk batok kelapanya untuk dikirim ke Jamaika.

Batok kelapa biasanya berakhir jadi arang, atau bahkan terkadang jadi limbah yang dibuang begitu saja.

Namun tidak bagi Haryanti, mantan guru TK ini menyulap limbah batok kelapa jadi barang bernilai tinggi.

Dengan merek Yanti Batok Craft, pengusaha kerajinan asal Bantul, Yogyakarta ini menjual berbagai produk dari batok kelapa seperti tas, ikat pinggang, hiasan dinding, kancing, frame, plismet, cangkir, mangkuk, sampai miniatur.

Tas Anyaman, Jadul Tapi Ramah Lingkungan | harga goody bag

Jika tidak cocok dengan model yang telah tersedia di pasaran, pembeli dapat menganyamnya sendiri.

Itung-itung sebagai peningkat daya kreatifitas kita, pengisi waktu luang, dan juga usaha sampingan untuk mengisi kantong. Jadi jangan angggap remeh hal-hal kecil seperti tas anyaman, justrus merekalah yang mampu menyelamatkan bumi kita ini.

Sekarang ini industri rumah tangga mulai kembali mengembangkan tas anyaman untuk menekan pemakaian kantong plastik. Tas anyaman ini sudah dipakai sejak dulu namun seiring waktu sudah mulai terlupakan. Tas-tas anyaman ini tersedia dalam beragam warna dengan berbagai ukuran.

Pemakaian tas belanja yang biasa dipakai ibu-ibu ke pasar tradisional jangan dianggap remeh.

Penggunaan tas seperti ini sangat membantu mengurangi pemakaian kantong plastik di dalam rumah tangga. Sebagai langkah bijak dan dapat menjadi contoh bagi anak-anak mereka.


 
 
 

Comments


Goodybag BSD

Also Featured In

    Like what you read? Donate now and help me provide fresh news and analysis for my readers   

Donate with PayPal

© 2023 by "This Just In". Proudly created with Wix.com

bottom of page