Kurangi tas plastik, Super Indo gelar kuis desain tote bag
- ratna tia
- Jun 9, 2017
- 3 min read
Super Indo menggelar kuis desain tote bag atau tas belanja ramah lingkungan | goody bag bagus

Sementara itu, Fashion Designer Lenny Agustin yang turut hadir dalam pembukaan kuis itu dan sekaligus sebagai dewan juri menyampaikan, kegiatan ini merupakan hal positif untuk mengurangi pemakaian kantung plastik di masyarakat. Ia juga berbagi sedikit mengenai poin tinggi yang bisa diberikannya kepada peserta.
"Yang kita lihat paling penting adalah originalitas, tapi yang paling penting juga adalah kepercayaan diri untuk ikut dalam program yang bagus ini," terangnya.
"Nanti kita posting di akun media sosial hasil gambarnya, maka selanjutnya kita voting. Siapa yang meraih like banyak sekaligus dilihat dewan juri menjadi yang terbaik, maka akan jadi pemenang," terangnya.
Dyan menyampaikan, masyarakat bisa mengirimkan desain gambar yang dapat digunakan ke sebuah tote bag. Mereka yang ingin ikut kuis ini bisa mendaftarkan langsung ke website Super Indo di www.superindo.co.id. Nantinya, mereka akan dicari 10 finalis sebelum akhirnya diumumkan pemenang 1 hingga 3.
"Tujuannya ialah agar masyarakat mau mengurangi pemakaian tas plastik. Mereka nantinya bisa mendesain gambar apa yang mereka suka ke tas tote bag tersebut," ujar Dian di Teras Kota, Serpong, Sabtu (17/12).
Creative Head Super Indo Dyan Setyadharma mengatakan, salah satu tujuan kegiatan ini ialah untuk mengajak masyarakat supaya mau mengurangi pemakaian kantung plastik, dan digantikan dengan menggunakan tote bag ketika mereka berbelanja.
Super Indo menggelar kuis desain tote bag atau tas belanja ramah lingkungan dengan hadiah jutaan rupiah untuk masyarakat umum maupun kalangan profesional yang digelar mulai hari ini hingga Februari 2017.
Tas Belanja Ramah Lingkungan Bisa Jadi Bencana | goody bag bagus
Untuk mencegah pertumbuhan bakteri, peneliti menyarankan untuk secara teratur mencuci tas belanjanya. Pencucian dengan temperatur tinggi akan lebih efektif membunuh bakteri semacam E. coli.
"Konsumen jarang menyadari risikonya, sehingga harus diimbau untuk mencucinya paling tidak seminggu sekali," ungkap Prof Charles Gerba yang memimpin penelitian, dikutip dari Telegraph, Kamis (1/7/2010).
Kekhawatiran Prof Gerba cukup beralasan. Dalam penelitiannya terungkap, 97 persen pengguna tas belanja ramah lingkungan tidak pernah mencuci atau mengelantangnya.
Penelitian di University of Arizona menunjukkan, 50 persen tas belanja semacam itu ditumbuhi bakteri Escherichia coli. Jenis bakteri berbahaya, yang pernah menewaskan 26 orang di Skotlandia dalam wabah keracunan terburuk di dunia tahun 1996.
Apabila pertumbuhannya cukup tinggi, bakteri tersebut bisa menyebabkan ancaman serius dan bahkan kematian. Kelompok yang paling rentan terhadap serangan bakteri tersebut antara lain adalah anak-anak.
Secara alami, bakteri E. coli ditemukan dalam usus manusia dan binatang. Ketika keluar bersama feses atau tinja, bakteri ini bisa hidup dan menyebar ke lingkungan yang tidak bersih.
Menggunakan tas belanja ramah lingkungan untuk menggantikan tas plastik sangat dianjurkan karena bisa dipakai ulang sehingga mengurangi sampah plastik. Namun jika tidak sering dicuci, tas tersebut juga 'ramah' untuk ditumbuhi bakteri jahat.
Belakangan, penggunaan tas dari bahan goni atau anyaman polypropylene ini sering dikampanyekan untuk menyelamatkan lingkungan. Namun kesadaran untuk menggunakannya sering tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan.
Kantong Gratis Ramah Lingkungan | goody bag bagus
Lebih tepat bila pasar swalayan maupun minimarket mengganti kantong plastik menjadi kantong berbahan baku ramah lingkungan, dan harus gratis. Dampak positifnya, limbah plastik berkurang, produsen kantong/tas belanja tetap mendapat untung bahkan bisa menambah penghasilan warga karena bahan baku ramah lingkungan sangat banyak di lahan negeri ini.
Kebijakan kantong plastik berbayar bukan solusi yang pas untuk mengurangi limbah. Bagi warga yang kerap berbelanja di swalayan, harga Rp200/kantong plastik dianggap tidak terlalu memberatkan ketimbang repot-repot membawa plastik dari rumah. Artinya, limbah plastik tetap saja tinggi.
Jadi, beban mengurangi limbah plastik dan mencegah kerusakan harusnya bukan di pundak masyarakat. Semestinya kebijakan ini diterapkan di hulu, pada produsen maupun pengelola swalayan. Banyak bahan baku ramah lingkungan yang bisa digunakan sebagai pembuat kantong/tas belanja. Kantong kertas, kantong berbahan baku kulit pohon pisang, eceng gondok dan lainnya bisa menggantikan plastik.
Kita sepakat, mengurangi limbah perusak lingkungan salah satunya dengan cara mengurangi jumlah produksi kantong plastik. Namun harus diingat, ketika berbelanja konsumen berhak mendapat kemasan gratis. Hal yang sederhana saja, membeli kebutuhan dapur di pasar, sejak dulu dibungkus daun atau kertas. Tak ada tambahan biaya.
Pertanyaan yang muncul, mengapa kebijakan mencegah kerusakan lingkungan dengan cara menekan limbah plastik dibebankan kepada masyarakat. Sebaliknya, produsen plastik dan swalayan justru tetap menangguk keuntungan.
Tujuan kebijakan ini adalah mengurangi sampah plastik, karena plastik susah terurai dan merusak lingkungan. Dari berbagai data, Indonesia menghasilkan 5,4 juta ton sampah plastik tiap tahun. Kita memang wajib mendukung kebijakan pemerintah menekan limbah yang merusak lingkungan. Plastik baru bisa terurai setelah 20 tahun di dalam tanah.
KEBIJAKAN tentang kantong plasik berbayar banyak dipertanyakan dan menuai pro dan kontra. Kebijakan ini dipertanyakan, karena selain membebankan masyarakat serta lebih memberi keuntungan pada perusahaan retail maupun produsen plastik.
Comentarios