top of page

Pria Ini Raup Rp 100 Juta/Bulan dari Jualan Hiasan Lampu

  • Writer: ratna tia
    ratna tia
  • Jun 8, 2017
  • 4 min read

Pemuda asal Surabaya mampu mengubah kesan monoton pada cahaya lampu | goodie bag eksklusif








Produknya ada cotton ball light, cotton ball lantern, letter lamp, character lamp, cooper light, fairy light karakter. Kalau souvenir bikin Rp 30.000 sampai Rp 195.000 untuk letter lamp," kata Guntoro.


Dirinya juga berpesan kepada para wirausahawan untuk berani memulai usahanya. Seorang pengusaha harus terus berusaha memasarkan produknya menjadi produk unggulan.


"Terus belajar dan pantang menyerah. Belum usaha menyerah ya nggak bisa," tutup Guntoro.


Sampai saat ini, Guntoro menyebutkan bahwa sudah mulai banyak kompetitor yang meniru produknya. Namun itu bukan menjadi masalah untuknya. Ia tetap bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 100 juta setiap bulannya.


"Rata rata Rp 100 juta, dulu awal-awal rintis sekitar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta," imbuh Guntoro.

Lightcraft tercatat sudah memproduksi lebih dari 20 jenis produk yang dijual mulai dari Rp 30.000 sampai Rp 195.000 per produk.


Sejak awal merintis usahanya, Guntoro beserta rekannya mendapatkan respons yang bagus dari masyarakat. Tidak heran jika saat ini produknya sudah terbang ke beberapa negara di Asia Tenggara. Dirinya juga berencana untuk melebarkan pemasaran produksinya ke beberapa negara lainnya di Asia maupun Eropa.


"Ekspor kita masih kecil kecilan, masih ke Singapura dan Malaysia. Memperluas (ekspor) dipelajarin dulu," pungkas Guntoro.


"Dulu modalnya Rp 40 juta. Sebagian untuk beli lampu, sisanya bayar ongkos produksi tenaga kerja," ujar Guntoro.


Dirinya pun sedikit bercerita tentang bagaimana dirinya membuat pesanan lampion dari benang polyester yang dicetak menyerupai bola.


"Cotton ball lantern dibuat dari benang polyester. Kan ada cetakannya dililit benang, dicelup lem abis itu dikeringkan. Setelah dikeringkan, cetakannya diambil," tutur Guntoro.


Bisnis kerajinan lampion dirintisnya dengan modal Rp 40 juta. Modal yang didapatkan dari tabungannya sendiri kemudian digunakan untuk belanja keperluan produksi hingga upah pegawai.


Inovasi dalam bidang usaha seakan tak pernah ada habisnya. Seorang pemuda asal Surabaya mampu mengubah kesan monoton pada cahaya lampu menjadi hiasan yang bernilai seni tinggi.


Pria yang kerap disapa Guntoro ini berhasil menghasilkan pundi-pundi rupiah dari hobinya akan kerajinan tangan dan mendesain ruangan. Idenya muncul ketika beberapa tahun lalu dirinya menapaki mancanegara dan menemukan banyak ornamen hiasan lampu.


Hingga pada akhirnya ia dan satu orang temannya memutuskan memulai usaha di bidang kerajinan tangan.


Icinogami, Seni Melipat Kertas Mendulang Rupiah | goodie bag eksklusif




Menurut Ridho, replika paper yang digelutinya sekarang merupakan turunan dari seni lipat Jepang (origami) yang dikembangkan. "Untuk seni melipat kertas menjadi sebuah tokoh ini dinamakan Icinogami," ujar Ridho.


Sedangkan bahan baku kertas yang menjadi bahan utama pembuatan paper replika juga tidak mahal hanya Rp 20 ribu untuk ukuran diamter 3 cm.


Sedangkan kertas yang digunakan mulai kertas buku gambar, kerta bufalo hingga kertas foto. Ia mengungkapkan, selain bisa melatih kesabaran, hal ini juga bisa dijadikan sebagai lahan bisnis yang menggiurkan.


"Ada member yang khusus untuk koleksi. Ada juga yang konsen untuk melayani pemesanan sebagai souvenir pernikahan maupun ulang tahun dan hasilnya cukup lumayan," ungkapnya.


Dalam pembuatan satu tokoh, Ridho mengaku bisa menyelesaikan dalam waktu dua bulan, bahkan bisa setahun. "Tergantung tingkat kerumitannya," ujar dia.


Ridho Batara, salah satu member PERI Surabaya mengaku dalam pembuatan tokoh menggunakan bahan dasar kertas tidak memerlukan skill atau alat khusus.


Seperti yang dilakukan komunitas PERI (Paper Replika Indonesia) Surabaya yang membuat replika berbagai tokoh mulai tokoh fiktif di komik, superhero dan tokoh pewayangan.


Selembar kertas bisa mempunyai nilai seni tinggi jika diberikan sentuhan khusus dan ketekunan dalam pengerjaannya.


Kisah Puri Natasande, Sukses Bisnis Sesuai Passion dengan Modal Rp 1,5 Juta | goodie bag eksklusif




Cukup sukses membuat dan memasarkan barang-barangnya, ternyata banyak pihak yang tertarik menaruh modal. "Banyak yang bertanya kenapa nggak bikin gede, orang banyak yang mau kasih modal. Sebenarnya aku bukan nggak mau berkembang tapi kalau ujung-ujungnya aku harus kerja untuk dia, untuk apa aku keluar kerjaan. Filosofi aku memang mengejar happiness. Kalau happy, nggak bohong pasti duit mengikuti," ungkap Puri yang mengaku mendapat omzet puluhan juta per bulan itu.


Barang-barang Idekuhandmade dijual mulai dari Rp 35 ribu untuk goodie bag hingga Rp 75 ribu untuk goodie bag beserta isinya. Selain membuat kerajinan buatan tangan, Puri juga kerap memenuhi undangan sebagai pembicara workshop bahkan dengan beberapa merek ternama.


"Kalau masalah dengan customer masih bisa aku hadapi, tapi biasanya masalah dengan diri sendiri, bagaimana kontrol diri sendiri. Kalau kita punya bos mungkin akan lebih mudah disiplin. Makanya aku ngontrak sebuah rumah di Cilandak sebagai tempat produksi bukan rumah sendiri," kata wanita yang mendirikan Idekuhandmade sejak 2008 itu.


Puri memang memberdayakan ibu-ibu di sekitar rumah produksinya sebagai para pegawainya. Hal tersebut dilakukan agar mereka bisa punya penghasilan tambahan namun tetap dapat mengurus keluarga. Meski kerap menemukan tantangan saat berhadapan dengan para pekerja, Puri mengatakan jika komunikasi masih bisa jadi jalan keluarnya.


Selain masalah pekerja, wanita lulusan Interstudi jurusan Desain Grafis tersebut juga kerap kesulitan dengan pengaturan waktu. Sebagai wirausahawati yang punya bisnis rumahan, Puri mengaku jika disiplin dengan diri sendiri adalah tantangan terbesarnya.


"Aku dari dulu memang suka bikin barang yang berhubungan dengan gambar. Sepupu suruh aku jual, akhirnya aku ajak ibu rumah tangga sekitar untuk produksinya. Aku gambar, mereka lanjut menjahit atau mewarnai. Semuanya handmade, kecuali untuk (souvenir) kawinan," ungkap Puri saat mengisi acara Women 2.0: Wanita dan Teknologi yang diadakan Google, di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, (21/6/2016).


Tak sia-sia, keputusan keluar perusahaan lalu membangun usaha sendiri yang dianggap Puri cukup nekad itu membuahkan hasil. Hanya dengan modal Rp 1,5 juta saat awal usaha, ia sudah bisa balik modal dan bisa dibilang cukup untung sejak bulan pertama.


Hal itu memang tak mengherankan mengingat barang-barang Puri yang unik dan punya sentuhan personal dibanding brand-brand serupa. Menurutnya, ciri khas desain kartun kekanak-kanakkan dan penuh warna yang membuat koleksinya laris dicari orang.


Memilih untuk berkarier sesuai dengan passion memang tidak selalu mudah. Hal tersebut juga yang dirasakan Martha Puri Natasande saat memulai brand Idekuhandmade. Wanita yang akrab disapa Puri tersebut memutuskan keluar dari perusahaan untuk fokus membuat barang-barang handmade seperti tas, sarung bantal, hingga aksesori home decor.


Mendirikan usaha sesuai dengan minat menurutnya memang susah. Namun segala tantangan dan kesulitan masih bisa dihadapi asalkan ada kemauan dan rajin mengeksplor bidang yang digeluti.







 
 
 

Comments


Goodybag BSD

Also Featured In

    Like what you read? Donate now and help me provide fresh news and analysis for my readers   

Donate with PayPal

© 2023 by "This Just In". Proudly created with Wix.com

bottom of page